Andaikan Rembulan Berkata, Kemana Tujuanmu?
Andaikan Lautan Berbicara Seluas Apa Masa Depanmu? Akan Ku Berkata, Kepada Khayalanku Agar Janji Ku, Berubah Menjadi Kenyataan, Kenyataan Diubah Kata Sempurna Menjadi Bukti. Tak Ada Buku Dijadikan Tulisan, Jika Tak Ada Pena Yang Digoreskan Pada Bait Kertas. Dan Tak Ada Masa Depan Ketika Tak Ada Tindakan. Diriku Tak Semanis Menanti Kehadiranmu, Namun Semakin Mendunia Masa Depanku. Bukan Harta Maupun Tahta, Namun Bukti Impianku, Ialah Kalimat Yang Terus Berucap Dalam Mimpiku. Aku Selalu Menginginkan, Diriku Dan Masa Depanku. Tetap Selaras Antara Bulan dan Bintang, Memberikan Sinaran Di Malam Hari. Dan Diriku Ingin Menayangkan Bukti Masa Depanku. Bukan Antara Masa, dan Sesat Bukan Berarti, Suci dan Gaga Perkasa. Melainkan Bukti Kesuksesan, Berada Pada Pundak Keyakinanmu. Kemauan Keluargamu, Ialah Harapan Besar. Keinginan Masa Depanmu, Ialah Kesuksesan Menantimu. Keringat dan Usaha Akan Terbayar, Ketika Keluarga Menanti Kesuksesanmu. Bukan Berarti Susah, Maupun Sulit, Melainkan Usaha dan Ketulusanmu. Kala Itu Diriku Selalu Berkata, Tak Berikan Janji Kepada Mereka. Namun Waktu Telah Menjawab, Dan Memberikan Nyata Kepada Mereka. Bahwa Masa Depan Telah Hadir Menantimu.
19 Comments
Hari ini hatiku sangat menyenangkan
Namun juga penat selama beraktivitas pagi tadi Dibalik jendela kuberdiri diiringi senyum Melihat bulan yang bersinar Ditambah memesonanya bulan malam ini Aku berlari ke balkon agar tampak nyata Senyum manisnya menyapaku bahagia Memancarkan cahaya terang penyejuk jiwa Sejenak diriku termangu di balkon rumah Memandangnya yang penuh karisma Bulan teruslah bersamaku Cahaya indah nan penuh pesona Sinar terpancar menambah rasa kebahagiaan ku Memberikan keterangan di dalam jiwa dan malamku Memberikan semangat agar aku tetap bersyukur Merangkai mimpi yang terus kuperjuangkan Bulan jangan pergi sebelum aku puas melihatmu Elok indah rupawan yang tampak menyelimutimu Meski jarak terlampau jauh Hanya aku yang selalu menunggu kehadiran mu Hanya dirimu yang mampu mengerti aku Bulan...kau selalu setia bersamaku Dan menemaniku setiap kebahagiaan di hari hari ku Kaulah bumbu dalam kebahagiaan Yang selalu menjagaku untuk tetap bahagia Terima kasih bulan......... Saat bayang senyummu terus menghantui
Hingga buatku tak mampu berpaling Melupakanmu bukan hal yang mudah Bahkan tak semuda berucap iya Untuk mengungkapkan rasa cinta Andai kau dengar lubuk hati ini Ya! Aku masih menyimpan hingga kini Hati dan perasaan ini Masih sama Tak ku biarkan menyilam terhapus masa Walau tak lagi bersama tuk selamanya Kini kau temukan pengganti diriku Rasa sesak menatapmu dengannya Tidak membuatku membenci dirimu Sosokmu belum terganti di jiwaku Menguasai seluruh semesta pikirku Dulu kau sanjung aku begitu manisnya Kau buatku percaya ketulusan cinta Bak kisah sempurna akan tiba Masi jelas terlintas gengammu erat Bak Sarwa tak akan menghilang Kini hanya kenangan kau tinggalkan Walau datang sekedar singgah Aku melepasmu dengan ikhlas Dan tidak membencimu sama sekali Karena cinta tak harus memiliki Selamat pagi indonesiaku......
Negeri elok permai nan sentosa Ragam suku bangsa tradisi dan budaya Yang dikagumi oleh negara tetangga Menempati negeri indah dan kaya Dari sabang sampai merauke aku temukan Indahnya sebuah toleransi juga perbedaan Kedamaian yang tak pernah ku dapatkan di tempat lain Negeri yang permai dengan nyanyian alam Ya, semua itu ada di tanah kita, indonesia Sebuah negeri tempat aku dilahirkan Sebuah bangsa di mana aku dibesarkan Sebuah tempat yang menjadikan ku hebat dan kuat Dirimu adalah negeri yang begitu indah Negeri di mana diriku berpijak Ujung ke ujung tampak jelas kau begitu indah Setiap sudut darimu mengukir setiap cerita berbeda Perbedaan yang ada tidak membuat terpecah belah Indonesia negeri tumpah darahku Takan pernah sedikitpun aku rela dirimu direnggut Aku akan senantiasa berkorban sepenuh jiwa dan raga Hanya untukmu duhai indonesiaku Kalau negeri sebagai kebanggaanku Ingin selalu aku berada di sini Hingga nanti tubuhku berada di dalamnya Beban hidup terasa menindih
Saat problema menghantam dengan sedih Menghimpit dada Membuat jiwa pun letih Menyendiri meratapi dan merintih Menghadapi segalanya seorang diri Banyak mimpi terkubur,namun sekarang tak lagi Aku akan melangkah penuh percaya diri Dan mulai berkoar lalu mencaci Pada orang yang selalu membenci Apa aku tak patut untuk bermimpi? Hingga mengataku dengan begitu pedih Sekarang akan kumulai dengan langkah pasti Dengan semangat yang berapi Tetapkan langkah dan menetapkan mimpi Hingga aku bisa mewarnai bumi bak pelangi Angin dipusar, topan
Lempeng digeser, gempa Gunung dipecah, tsunami Hujan ditahan, kering Takdir dibuat, nahas Roh dicabut, mati Semua mudah bagi-Nya Pohon digundul, longsor Sampah diserak, banjir Ikan dipukat, langka Hutan dibakar, kabut Virus dibuat, pandemi Ulah manusia serakah Katak mengharap hujan
Hujan mengharap laut Laut mengharap awan Awan mengharap matari Hujan panas! Panas mengharap tanah Tanah mengharap rumput Rumput mengharap hutan Hutan mengharap liar Liar mengharap mangsa Mangsa mengharap makan Makan mengharap lapar Lapar mengharap perut Perut manusia! Manusia mengharap Ridho-Nya Suara itu…
Yang aku tunggu-tunggu Bulan berganti bentuk tiap malamnya Selalu kuperhatikan sambil terpana Melempar pikiran jauh Ke sudut kota, di mana aku dengar asalnya untuk yang pertama Kini, suara itu terdengar lagi Menelponku tiba-tiba Tak kuasa menahan gemetar tangan Suaraku seketika hilang sirna Jantung tak bisa kuhentikan degupnya Apa kabar? Suara lembut itu mulai menyapa Kujawab dengan suara aneh: B-baik, ka-kamu be-bagaimana? Suatu dusta yang aku beri Keadaanku sebenarnya sungguh tak baik Belum pernah kaku begini Dalam balutan waktu, kami sering bersua Hanya lewat pesan tanpa suara Senyum selalu kubaca pesan itu Ah, malu kuceritakan Maaf, sepertinya kita tak bisa seperti dulu Kini, ada hati yang harus kujaga Aku menelpon agar kau tak keliru maksudku Izinkan aku memblokir kontakmu Terima kasih telah menemani hari-hariku Oi mak, inikah rasanya patah hati? Memang patah rasanya Remuk Dibakar pula dalam api Keadaanku makin tak baik saja Puisi ini tak bisa kulanjutkan. Rasanya hariku sama saja
Tanpa sebuah capaian Tanpa banyak kesan Kosong rasa hati Masih menjadi beban Suram Hari-hari keluh kesah Hari-hari insecure Pandang sana sini Orang-orang tambah hebat Bagaimana bisa? Apakah aku berhak sama? Seperti mereka yang punya bakat Apakah tangga emas itu boleh kunaiki? Katanya, banyak yang turun naik Beberapa jatuh dan bunuh diri Beberapa saling sikut dan menjatuhkan Aku ingin mencoba, namun takut sia-sia Terlalu tinggi untuk ke puncak Tapi… Pesimis ini sudah lelah kujalani Menapaki dua tiga tangga sepertinya aku bisa Ya, aku harus mencoba Semua orang berhak melakukannya Liuk-liuk kehidupan tak tertebak
Ada memberi tanpa terlihat Ada yang bantu tanpa tahu Ada yang tulus ikhlas bersimpati Langka, Satu kata yang lepas terucap Ia terus senyum Dibawanya dua liter minyak Mengisi haus keringnya barang yang kutuntun dua kilo Di bawah terik surya yang tak sanggup kutatap lagi Ada air botol pula yang ia beri Kami berbincang sebentar Ia pernah rasa serupa Tanpa perhatian dari siapa-siapa Di jalan tanah yang sepi begini Tanpa sinyal dan listrik pula Monggo diminum mas! Katanya saat kudengarkan Keringat bercucur mencuci wajah Sudah gosong rasanya Pamit ia pergi, ada yang dikejar Saat kusodorkan rupiah… Dengan santun tangannya menolak Doakan istriku lahir selamat! Ia berlalu pergi Kutatap sampai jauh Lupa bertanya nama Dalam hati… Aku harus jadi begini |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Categories |