Jemari lentik menari menyusun melodi
Saat nona cantik bersedih ditinggal sendiri Darsa bersalawa sebatas menitipkan pesan Memori nostalgia terkenang dalam ingatan Lagu romantis nan puitis kusenandungkan Sebagai penawar hasrat kerinduan Dasa warsa tak bersua, disini aku menantikan Nona, petikan ini tak akan aku hentikan Petikan mendayu lembut beralur Dalam lamunan nona menekur Sepotong rindu tak pernah memudar Prolog pertemuan hanya sebatas menanyakan kabar Asmaralokaku niskala Layaknya batu karang ditengah samudra Sekalipun melodi kehilangan suara Satu yang kupinta nona, kapan kita berjumpa? Mukhammad Rifki Subkhan
2 Comments
Sajak berelegi kutulis dibawah gerimis
Menelusuri siklus waktu dengan sinis Sebelum asa mengudara sangat manis Air yang terbendung perlahan mengalir bersama tangis Pada sekat sekat penantian Harapan tersusun berantakan Jembatan jalan enggan menghubunggkan Kacau, semuanya rapuh hilang tak dapat ditemukan Kisah rumpang belum bisa terselesaikan Teka teki selalu menghantui kehidupan Meskipun menyakitkan namun harus bertahan Sekalipun mengorbankan kebahagiaan Berhenti, sama saja mengakhiri Ketika sudah berlalu tidak dapat kembali Bedebah, rintihan ini tiada arti Retrospeksi retas, renjana restorasi Gelap menyangkal kepada cahaya Membawa riang kisah penuh cinta Menerima kegagalan dengan sempurna Seperti cakrawala yang tak pernah bosan memeluk bentala Mukhammad Rifki Subkhan Kudapati hatiku kian melemah, hampa dan kalah Entah pada siapa ia bertarung, tak kutemukan lawan yang menang. Kulalui jalan yang tak berujung, menelusuri hati yang kosong Dalam sunyi kucoba merenungi, tak lagi kutemukan senyum yang mengiasi Ku tatap ujung lorong yang tak bertepi, adakah jiwa ini masih disini Jiwa yang mulai bergejolak, Hati yang mulai berontak, Harapan yang mulai terkoyak Ya, Aku pernah menaruh harap, namun kecewa sampai meratap Menikmati sesak sampai terisak-isak Berlakon hebat, nyatanya hampir sekarat Terlalu berambisi, tumbalnya senyumku direnggut tanpa permisi Kita adalah luka yang menolak saling lupa Jangan bicara soal menang karena ini bukan perang. Kita bukan musuh yang harus saling menuduh. Terbelenggu dialam semu membuatku lupa pada jiwa yang butuh raga Salah arah dan langkah tapi menutut pembenaran Ingin aku pulang dan kutitip semua hidangan kekecewaan Tak kubiarkan lagi ada celah yang bisa masuk Jika tidak, kita bisa hancur sampai tak berbentuk Luka hadir tanpa memberi aba-aba, semakin terkuak menganga Angin begitu deras menampar reranting getas. Begitupun kenangan, menjelma ditiap deru nafas. Kau dan aku adalah korban dari kepahitan harapan. Kubiarkan anganku terhempas terbawa angin hingga kandas Kutatap cahaya dalam-dalam menahan pilu yang kian tak teredam Aku menuliskanmu dalam puisi pagi, tentang riap angin membelai pucuk ilalang, Menyongsong terang agar gelap menghilang. Kusudahi sendu yang diikuti bayang-bayang pilu Ku usir luka yang membelenggu, bersemayam dikalbu kala itu Ku bungkam kecewa dengan segenap kekuatan jiwa Ajari aku lupa pada luka yang semakin membuatku tak berdaya Biodata Penulis
Nama Lengkap: Ismail Hutasoit Alamat Lengkap: Jalan Berdikari No. 94 Padang Bulan, Medan No. HP: 085275066348 Email: [email protected] Nama Instagram: ismailhutasoit Seumpama semangatmu meninggi Biarlah seperti mentari di siang hari Seumpama hampir padamu Jangan hingga harapan terkubur kelam Mulailah mencoret! Bak pahlawan membela hingga baret Mulailah berasa Bak Inlander yang sampai hilang kepala Lari! Capai! Gapai! Masih adakah kayu kau temui? Gerah, Lelah bukan jadi alasan Berhenti membakar kayu jadi bara Jika berhenti, maka sengsara Jika kalbumu rindu merdeka Mengapa enggan berjasa Entah untuk diri sendiri Atau bahkan untuk negeri Negeri Indonesia merdeka Nama : Ismail Hutasoit, S.K.G.
TTL: Siborongborong, 02 September 1998 Alamat: Jalan Rela No. 34A, Medan Gmail: [email protected] Ig: ismailhutasoit Ibu engkau lah yang melahirkan ku Banyak cinta, kasih untukmu buatku Setiap salat mu kau selalu berdoa untukku Engkaulah tempat berlayar dari segala hidupku Ayah betapa mulianya hatimu Kau korbankan segalanya demi anakmu Kau banting tulang hanya untuk anakmu Agar anakmu menjadi orang yang sukses dan lebih baik darimu Kalian telah mengajarkan aku makna kehidupan Kalian juga telah mendidik aku dengan kasih dan sayang Aku kan selalu bedoa untukmu dan membanggakan mu aku syang kalian…… aku cinta kalian AUTHOR
Nama : Irwin Syah Putra TTL : Jangga Baru, 2 November 2000 Email : [email protected] Instagram: @irwinsyahputra0211 Karya: NurfadillahDari penjuru negeri Berbagai pelosok nusantara ini Lahir pemuda pemudi bahaduri Membentang sayap merubah generasi Membenahi diri dengan sempena hati Apalah arti selempang Jika tak berjuang Apalah arti gelar Jika tak menggelegar Apalah arti inspirasi Jika tak mengedukasi Seberinda hanyalah kehormatan yang tertanda Karena sawabnya tampak pada kiprahnya. Duta Simbol raja perkasa nan berkarisma Simbol ratu Pertiwi nan adiwarna Utusan yang tak abriter sahaja Karena terpilih dari ragam Kandidat yang hebat nan perkasa. Menginspirasi sesama Membentang khatulistiwa Dalam merajut asa Bergerak bersama garuda Melewati mata angin jagat raya Bersatu dalam ikatan bangsa Bhineka Tunggal ika Indonesia Raya AuthorNama : Nurfadillah |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Categories |