Pernahkah merasa cemas karena tertinggal oleh tren? Apakah kamu seorang trendsetter? Sebelum lebih jauh menganalisis, kamu harus mengetahui apa itu FOMO atau JOMO. Kedua kondisi ini saling bertolakan dan berpengaruh besar terhadap kesehatan mental juga produktivitas. Keduanya dipengaruhi juga oleh berbagai kondisi.
Apa itu FOMO dan JOMO? FOMO (Fear of Missing Out) merupakan suatu kondisi di mana seseorang merasa panik atau cemas saat ketinggalan sesuatu yang sedang tren. Sebaliknya, JOMO (Joy of Missing Out) adalah perasaan seseorang yang justru merasa tenang dan senang, walaupun tidak sedang mengikuti suatu tren. Konsep hidup seperti ini cenderung santai dan tidak terlalu memikirkan apa yang sedang hype di media sosial. Mereka merasa bahwa tidak ada sesuatu yang setiap saat harus diketahui karena dirinya bahagia dengan apa yang dijalaninya. Pengaruh pada Kesehatan Mental Apa sebenarnya keterkaitan antara FOMO dan JOMO dengan kesehatan mental? Seseorang yang mempunyai konsep FOMO, di mana ingin selalu update, mengetahui segala sesuatu, dan takut tertinggal oleh tren, cenderung lebih mudah mengalami stres ketika tertinggal berita ter-update. Sama halnya ketika mereka tidak mengetahui topik kasus terbaru, tentu stres akan muncul. Semua itu karena rasa panik atau cemasnya. Jika dibiarkan terlalu lama, terlebih dalam frekuensi tinggi, maka bisa menimbulkan gangguan kesehatan mental. Berbanding terbalik dengan seseorang yang menggunakan JOMO sebagai konsep hidupnya. Karakternya yang cuek dan bisa menikmati kehidupan pribadi serta sekelilingnya, tentu membuatnya lebih mudah menjalani kehidupan. Tidak masalah jika tidak mengetahui sesuatu yang sedang tren ataupun tidak bisa mengikuti tren tersebut. Perasaannya tetap tenang, meskipun sedang tidak bisa mengakses media sosial karena satu dan lain hal. Tekanan berupa keinginan dari dalam diri untuk selalu eksis akan berkurang dan tidak membahayakan mental. Dengan demikian, seseorang yang prinsip hidupnya adalah JOMO cenderung sehat secara mental. Pengaruh pada Produktivitas Jika FOMO dan JOMO besar kaitannya dengan kesehatan mental, maka keduanya juga berpengaruh pada produktivitas yang merupakan pengukur hasil kegiatan seseorang. FOMO yang selalu ingin mengikuti tren dan merasa cemas ketika ketinggalan informasi terkini ternyata tidak baik untuk gaya hidup. Kondisi seperti itu akan membuat seseorang mudah terdistraksi ketika menjalankan aktivitasnya. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya produktivitas seseorang. Berbeda halnya dengan JOMO yang tidak mudah terdistraksi oleh keinginan untuk selalu melihat media sosial atau informasi terkini lainnya. Karakter dari JOMO ini bisa menahan diri untuk tetap fokus pada apa yang dikerjakan dan tidak setengah-setengah. Dengan demikian, produktivitasnya akan terjamin dan tetap optimal. Itulah perbedaan FOMO dan JOMO yang ternyata sudah banyak fenomenanya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, pilih FOMO atau JOMO? Pastinya, pilihlah yang menyehatkan mental dan bisa mendukung ketenangan dalam kehidupan. Menurut artikel dari Kate Winick dalam psycom.net, terdapat 9 kebiasaan yang bisa membantu meningkatkan JOMO. Beberapa hal positif tersebut adalah menggunakan kepekaan panca indera, berhenti multitasking, inhale exhale, melatih penerimaan dan rasa berterima kasih, memberikan tiga menit berharga untuk diri sendiri setiap harinya, menikmati makanan, menghargai diri sendiri, memberi perhatian penuh pada lawan bicara, dan menerapkan bahasa tubuh saat berkomunikasi. Dengan demikian, perasaan jauh lebih tenang dan mampu menikmati hidup dengan sosialisasi lebih sehat. Penulis: Yuan Adelintang Kurniadita lahir di Magelang, 20 Juni 1997, dan hingga kini bertempat tinggal di Semawung RT 04/RW 17, Sedayu, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Ia adalah seorang mahasiswi Magister Sains Manajemen yang hobi menulis. Motivasinya terus menulis dan mengikuti kompetisi kepenulisan adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis dan sebagai media personal branding, juga menambah relasi. Ia dapat dihubungi melalui nomor 085869091995 dan alamat email [email protected]. Jika ingin mengetahui profilnya di media sosial, dapat melihat akun Instagram @yuan_kurniadita. Referensi: digimasia.com. 2021. Benarkah Durasi Fokus Manusia Kini Semakin Berkurang? https://www.digimasia.com/jomo-or-fomo/. Diakses pada 7 Agustus 2021. Finsa. 2020. JOMO vs FOMO: The Joy of Missing Out. https://www.connectionsbyfinsa.com/jomo-vs-fomo-joy-of-missing-out/?lang=en. Diakses pada 7 Agustus 2021. Trifiana. 2020. Mengenal JOMO, Kebalikan FOMO yang Lebih Menyenangkan. https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-jomo-kebalikan-fomo-yang-lebih-menyenangkan. Diakses pada 7 Agustus 2021. Winick. 2020. For Starters, You’ll Need to Cut Back on Social Media If You Want to Turn Down The FOMO. https://www.psycom.net/fomo-to-jomo. Diakses pada 7 Agustus 2021.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
August 2023
Categories |