Bulan Ramadhan adalah bulan kebahagiaan bagi kita, karena Allah SWT memberikan berbagai limpahan kebaikan dan keutamaan di bulan suci ini, diantaranya terijabahnya doa, berlipat gandanya pahala, hingga hadirnya ibadah yang paling utama dan istimewa di bulan Ramadhan, yakni ibadah puasa.
Meskipun ada rasa yang berbeda ketika berpuasa pada masa pandemi Covid-19, kita harus tetap menjalankan puasa sesuai dengan arahan Yang Maha Kuasa. Kita harus tetap menguatkan dimensi spiritual dan sosial ibadah puasa agar puasa kita memberikan berkah untuk diri sendiri dan orang lain. Pelaksanaan puasa merupakan wujud dari ketaatan manusia kepada Allah SWT. Tidak hanya amalan berpuasa yang mendapatkan pahala yang berlipat, namun memberi makan orang yang berpuasa pun mendapatkan kedudukan yang istimewa seperti termuat dalam hadits berikut: “Barangsiapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga” [HR.Tirmidzi] Menurut Dr. Habib Abdurrahman Al-Habsyi Lc, MA, yang disampaikan ketika beliau mengisi kajian, beliau berkata bahwa puasa Ramadhan memiliki empat dimensi. “Jika keempat dimensi ini dapat dioptimalkan, niscaya puasa Ramadhan yg dijalankan akan penuh dengan makna. Tujuan akhir (goal)-nya sebagai muttaqin (menjadi orang yang bertakwa) akan tercapai. Keempat dimensi itu ialah dimensi aqidah, syariah, akhlak dan sosial. Terkait dimensi aqidah, dalam hal ini, puasa Ramadhan haruslah diyakini betul sebagai perintah Allah kepada orang yang beriman, juga diperintahkan Allah kepada umat terdahulu. Dalam dimensi syariah tentu semua orang tahu bahwa hususnya dalam pelaksanaan ibadah puasa mempunyai syarat, rukun dan hal-hal yang perlu di perhatikan dalam melakukannya sesuai ketentuan yang sudah di ajarkan al-Qur’an dan Sunnah, supaya bermakna dan tidak sia-sia ibadah yang dilakukan. Dalam dimensi akhlak kita dianjurkan untuk membina diri dan karakter kita menuju lebih baik lagi, dalam ramadhan akhlak seseorang akan dilatih secara maksimal. Ketika puasa ada larangan untuk mampu menahan nafsu baik secara lahir maupun bathin, mampu menahan amarah dan berbuat baik terhadap sesama. Dan untuk dimensi sosial sendiri adalah perwujudan dari pelaksanaan puasa yang dilakukan secara baik dan benar sehingga menumbuhkan sikap empati terhadap dirinya dan mampu merasakan apa yang orang lain rasakan. Puasa bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga sahaja tetapi puasa melatih seseorang untuk peduli kepada orang lain. Dasar adanya relasi antara hubungan sosial dengan ketakwaan dapat dilihat dalam firman “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. al-Maidah: 2), hubungan satu dengan yang lainnya harus tetap di pupuk. Karena sejatinya sebagai makhluk hidup tentu kita akan membutuhkan orang lain ketika sedang membutuhkan bantuan, semua itu tidak akan terwujud tanpa ada kesadaran dan dimulai dari diri sendiri. Dalam konteks dalil-dalil normatif seperti yang di sampaikan dalam salah satu surat al-Baqoroh ayat 183 tentang seruan melaksanakan puasa, menyerukan dalam bentuk sosial kepada umat terdahulu atau umat saat ini, bukan di peruntukan untuk orang tertentu saja, seperti orang kaya, miskin jelata atau para pejabat dan bangsawan, tapi untuk siapa saja yang ada iman dalam dirinya. Hal yang demikian tentu banyak juga di sampaikan dalam hadits-hadits Rasulullah dan juga banyak d contohkan langsung oleh beliau sendiri dan para sahabat tentang begitu pentingnya bersosial hususnya di bulan ramadhan yang penuh berkah ini. Dalam berpuasa kita diarahkan untuk merasakan kondisi orang lain agar kita memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap penderitaan orang lain. Dalam rezeki yang diberikan Allah SWT kepada kita ada hak orang lain yang harus kita keluarkan. Kita bisa memberikan bantuan dalam bentuk uang, makanan, atau pakaian kepada orang lain. Allah SWT perintahkan kita untuk menyalurkan rezeki dalam bentuk infak, sedekah, zakat dan wakaf. Kepedulian dengan dengan orang lain merupakan manifestasi dari prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin. Artinya, Islam menjadi rahmat bagi selurah umat manusia. Begitulah kemulian Islam menjalan hubungan baik dengan sesama manusia. Kita tentu saja harus bisa mengaplikasikan kemulian ajaran Islam ini dalam kehidapan sehari-hari Pada masa pandemi Covid-19, terbuka ruang yang lebih besar bagi kita untuk mengaplikasi dimensi sosial sosial puasa dengan cara menyalurkan lebih banyak rezeki kepada orang lain. Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat. Pedagang mengalami kesulitan untuk berdagang, pasar sebagian dibatasi, karyawan berhenti bekerja dan pabrik banyak tutup dan sulit memulai kembali karena modal dan kebutuhan pasar yang belum stabil. Kondisi seperti itu membuat kehidupan masyarakat semakin sulit dan bahkan sebagian masyarakat tidak mampu lagi untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Dengan spirit sosial puasa Ramadan yang kita jalankan tahun ini, kita seharusnya bisa meningkatkan kepedulian kepada sesama. Bagi orang yang tergolong mampu atau memiliki kelebihan rezeki harus lebih banyak memberikan bantuan kepada orang yang memerlukan. Kasih sayang Tuhan ada pada anak yatim, fakir miskin dan orang-orang tidak mampu. Sehingga dengan memberikan pertolongan kepada mereka kita pada hakekatnya sedang mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Dengan keimanan kepada Allah SWT dan kepedulian kepada sesama kita akan menjadi orang yang lebih bertakwa sesuai dengan visi ibadah puasa. Melalui berkah Ramadan mari kita bermunajat kepada Allah agar pandemi Covid-19 berakhir dan kita diberikan ketabahan dan kekuatan untuk menghadapi kondisi saat ini, dan tertanam dengan kuat dalam diri kita rasa empati dan peduli terhadap sesama. Aamiin Yaa Robbalal’aamin Ditulis Oleh: Hamzah Sutisna. DI Batch 4 dari Banten
0 Comments
Sukses merupakan hal yang didambakan oleh semua orang, berharap apa yang telah direncanakan sebelumnya dapat membuahkan hasil yang maksimal. Namun tak sedikit juga orang yang ingin sukses tanpa merencanakan secara spesifik tujuan bahkan beberapa hanya menyimpannya dalam ingatan dan sewaktu-waktu dapat terlupakan. Lantas, strategi apa yang dapat dilakukan agar sukses di masa depan?
Salah satunya dengan memahami goal setting, merupakan salah satu hal yang dapat diperhatikan dalam merencanakan tujuan yang ingin diraih di masa depan. Locke dan Latham (Jannah, 2012) menyampaikan bahwa penentuan tujuan (goal setting) adalah salah satu pengembangan teori motivasi yang bertujuan untuk menggambarkan apa yang harus dikerjakan dan seberapa besar usaha yang dibutuhkan dalam mencapainya. Konsep dasar dari teori goal setting adalah manusia menerjemahkan motivasi dalam diri kepada perilaku yang dapat diamati dari proses menetapkan maupun mencapai tujuan. Tanpa adanya perilaku, motivasi hanya akan menjadi kekuatan internal yang tidak direalisasikan tanpa pengaruh apapun dalam kehidupan (Sari, dkk 2021) Goal yang ditetapkan dapat membantu dalam memberikan perhatian pada bagian penting dalam suatu pekerjaan. Seseorang akan memfokuskan perhatiannya sesuai dengan tujuan dan menjauhkan dari aktivitas yang tidak relevan dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan memberikan energi pada seseorang dan menstimulasi dalam memberikan usaha yang lebih keras untuk mencapai tujuannya. Selain itu, usaha dalam goal setting ini merepresentasikan motivasi dalam diri seseorang (Sari, dkk 2021) Kemudian penetapan tujuan juga dapat mempengaruhi kepuasan karena dijadikan sebagai standar untuk mengevaluasi diri sendiri. Dua faktor yang dapat mempengaruhi tujuan seseorang yakni pentingnya tujuan bagi individu dan efikasi diri, merupakan kepercayaan diri bahwa tujuan yang ditetapkan memang dapat dicapai. (Latham & Locke, 2007) Terdapat minimal empat mekanisme dari goal setting yaitu melalui pengarahan perhatian (atensi) dan tindakan, mengerahkan segala usaha, mengoptimalkan setiap usaha dan ketepatan, serta motivasi dan strategi yang relevan untuk mencapai goal (Ginting & Ariani, 2004) Dari beberapa paparan yang telah dijelaskan seputar goal setting, selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat mendukung dalam mencapai kesuksesan. selain itu, bukan hanya sekedar penetapan tujuan, tapi pastikan setiap tujuan ditulis dengan spesifik, dapat diukur, realistis, memperhatikan tenggat waktu, dan yang paling utama adalah aksi nyata. Referensi : Sari, E. M. Pratisti,W. D. Yuwono, S. (2021). Pelatihan goal setting terhadap motivasi kerja karyawan di PT. X Sragen. Jurnal Intervensi Psikologi. 13 (2) : 97 - 110 Jannah, M. (2012). Kontribusi metode neuro-linguistic programming terhadap kemampuan goal setting pelari cepat perorangan. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan. 3 (1) : 42 - 48 Ginting, S. D. Ariani, D. W. (2004). Pengaruh goal setting terhadap performance : tinjauan teoritis. Kinerja. 8 (2) : 196 - 208 Latham, G. P. Locke, E. A. (2007). New development in and directions for goal-setting research. European Psychologist. 12 (4) : 290 - 300 Ditulis oleh : Muh. Ilham, Duta Inspirasi Sulsel Batch 4 Kita sama-sama tahu bahwa jepang merupakan negara yang maju dan besar, besar dalam arti yang luas, salah satunya mempunya prinsip-prinsip yang kuat dan unik. Orang Jepang selalu menerapkan kebiasaan dan budaya unik yang menjadi ciri khas Jepang. Karena hal tersebut, tidak heran jika sangat banyak budaya Jepang yang patut ditiru oleh dunia luar.
Bisa dikatakan orang jepang dalam membangun dan memajukan negaranya tidak perlu diragukan lagi. Alih-alih dari semua aspek termasuk yang kecilpun mereka perhatikan. Dari itu semua ada satu prinsip yang tentunya bisa kita tiru yang mungkin bisa menjadi motivasi kita dalam memajukan diri sendiri dan umumnya bangsa kita tercinta. Jepang sangat mengedepankan Prinsip Keishan dalam bekerja, prinsip ini bisa diartikan sebagai Kreatif, Inovatif dan Produktif . Orang-orang di Jepang baik dari kalangan anak-anak sampai Orang Tua sudah ditanamkan prinsip ini. Sehingga memunculkaj budaya tidak malu untuk berkreasi aesuka hati dan mampu menghasilkan hal baru dan unik, karena prinsip ini orang-orang punya inovasi dan kreatif diatas rata-rata selain dari penunjang dan tersedianya fasilitas yang mumpuni dan dibutuhkan oleh mereka, mereka juga menanamkan dalam dirinya rasa ingin tahu yang tinggi dan rasa terus mencoba untuk membuat hal-hal baru. Dari sinilah semua ide dan karya-karya orang-orang jepang bermunculan dan hebatnya lagi mereka tidak saling menjelkak atau menghina hasil karya orang lain bahkan memberi support yang tinggi akan terciptanya suatu karya yang dihasilkan orang lain. Selain kreatif dan produktifitas yang tinggi mereka juga menanamkan budaya menghargai dan juga empati terhadap hasil karya yang telah dibuat apapun bentuknya, dari sini dari muncul atigma positif yang dihasilkan terhadap anak-abak dan juga remaja untuk menghasilkan dan mencuptakan karya-karya yang lainnya, sehungga banyak sekali bermunculan inovasi dan kreasi yang beragam.Nah teman-teman keren banget kan prinsip kheisan ini yang tentunya bisa sedikit demi sedikit kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan mencoba hal-hal kecil dan mulai memotivasi diri kita untuk lebih produktif lagi dalam menciptakan karya yang positif. Ditulis oleh: Hamzah Sutisna. DI Batch 4 dari Banten |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
August 2023
Categories |