Semuanya telah menjadi bagian dari rencana-Nya, termasuk mereka yang kamu anggap sebagai satu keluarga, namun lambat laun terpecah-belah, berantakan, lalu hancur, dan meninggalkan luka-luka yang menyesakkan. Siapapun itu, termasuk kamu, pasti ingin keluarga yang utuh selamanya. Sebab, masing-masing dari kita mengetahui bahwa keluarga adalah tempat dimana pertama kali kita bisa belajar banyak hal. Lalu apa yang terjadi jika rumah itu tidak ramah bagi penghuninya? Bagaimana bisa melanjutkan kehidupan dengan pondasi keluarga yang telah hancur? Siapa yang akan menemani kita melalui hari-hari selanjutnya?”
Broken Home Sebuah situasi di mana seseorang mengalami rasa tidak nyaman lagi dikeluarganya. Broken home kerap kali dikaitkan dengan mereka yang orangtuanya bercerai. Padahal broken home tidak sesederhana itu. ada banyak faktor yang bisa menjadikan seseorang disebut sebagai penyintas broken home. Perceraian memang menjadi salah satu faktor terbesar saat ini. Mereka yang orangtuanya bercerai, mendapatkan label sebagai anak broken home. Lebih jauh lagi, ada beberapa orang yang mengalami broken home tetapi keluarganya masih utuh. Ada ayah, ibu, dan saudara-saudara dalam satu atap yang sama. Namun, mereka semua kehilangan perannya. Atau kondisi lain, yang disebabkan oleh salah satu atau kedua orangtuanya meninggal dunia juga menjadi satu dari sekian hal yang bisa mendasari seseorang dilabeli sebagai anak broken home. Kehilangan peran orang tua dalam kehidupannya, kerap kali membuat anak kehilangan arah dan tujuan hidup. Menjalani hidup dengan sembrono dan pada akhirnya berdampak pada kehidupannya sehari-hari bahkan hidupnya kedepan. Kegagalan-kegagalan yang dialami, membuat dirinya merasa tidak berharga, hingga terus-menerus menyalahkan keadaan. Mengklaim bahwa apa yang dialami hari ini adalah hasil dari keluarga yang tidak utuh. Pada akhirnya, ia akan tumbuh menjadi seorang yang sulit untuk memaafkan keadaan, kenyataan, bahkan dirinya sendiri, hingga menganggap ia tidak pantas untuk bermimpi bahkan untuk sekedar bahagia sekalipun. Sebagai anak, kadang kita merasa bahwa hidup terlalu sulit dan rumit. Di kepala kita dipenuhi banyak sekali pertanyaan. " Mengapa harus menikah jika pada akhirnya memilih untuk berpisah?", " Mereka sangat egois, hanya mementingkan perasaan mereka masing-masing!", “Mereka sangat jahat, memilih berpisah tanpa memikirkan bagaimana nasib anak-anaknya!" Hei, tahukah kamu? Bahwa ayah dan ibumu, sudah melalui proses yang sangat panjang sebelum mengambil keputusan untuk berpisah. Duka yang kamu alami sudah jauh lebih dulu ayah dan ibumu rasakan. Mereka juga sama sepertimu, memiliki luka yang sama dan sangat pahit perihal keluarga. Mereka sudah berjuang semampu mereka, untuk mempertahankan keutuhan keluarga. Namun, mereka juga manusia biasa yang hanya bisa berencana, tapi takdir dari-Nya berkata lain.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
August 2023
Categories |