Kudapati hatiku kian melemah, hampa dan kalah Entah pada siapa ia bertarung, tak kutemukan lawan yang menang. Kulalui jalan yang tak berujung, menelusuri hati yang kosong Dalam sunyi kucoba merenungi, tak lagi kutemukan senyum yang mengiasi Ku tatap ujung lorong yang tak bertepi, adakah jiwa ini masih disini Jiwa yang mulai bergejolak, Hati yang mulai berontak, Harapan yang mulai terkoyak Ya, Aku pernah menaruh harap, namun kecewa sampai meratap Menikmati sesak sampai terisak-isak Berlakon hebat, nyatanya hampir sekarat Terlalu berambisi, tumbalnya senyumku direnggut tanpa permisi Kita adalah luka yang menolak saling lupa Jangan bicara soal menang karena ini bukan perang. Kita bukan musuh yang harus saling menuduh. Terbelenggu dialam semu membuatku lupa pada jiwa yang butuh raga Salah arah dan langkah tapi menutut pembenaran Ingin aku pulang dan kutitip semua hidangan kekecewaan Tak kubiarkan lagi ada celah yang bisa masuk Jika tidak, kita bisa hancur sampai tak berbentuk Luka hadir tanpa memberi aba-aba, semakin terkuak menganga Angin begitu deras menampar reranting getas. Begitupun kenangan, menjelma ditiap deru nafas. Kau dan aku adalah korban dari kepahitan harapan. Kubiarkan anganku terhempas terbawa angin hingga kandas Kutatap cahaya dalam-dalam menahan pilu yang kian tak teredam Aku menuliskanmu dalam puisi pagi, tentang riap angin membelai pucuk ilalang, Menyongsong terang agar gelap menghilang. Kusudahi sendu yang diikuti bayang-bayang pilu Ku usir luka yang membelenggu, bersemayam dikalbu kala itu Ku bungkam kecewa dengan segenap kekuatan jiwa Ajari aku lupa pada luka yang semakin membuatku tak berdaya Biodata Penulis
Nama Lengkap: Ismail Hutasoit Alamat Lengkap: Jalan Berdikari No. 94 Padang Bulan, Medan No. HP: 085275066348 Email: [email protected] Nama Instagram: ismailhutasoit
1 Comment
Mayella
4/1/2022 19:07:37
Just try to stay strong 💪
Reply
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Categories |