Andrea Hirata merupakan seorang novelis terkemuka yang lahir di Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung pada 24 Oktober 1967 silam. Ia lahir dengan nama Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun. Kemudian, orang tuanya mengubah namanya sebanyak 7 kali, hingga akhirnya ia diberi nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun. Andrea tumbuh dalam keluarga yang bertempat tinggal tidak jauh dari pertambangan timah milik pemerintah yakni PN Timah (sekarang PT Timah Tbk.).
Andrea Hirata merupakan penulis novel Laskar pelangi (The Rainbow Troops) yang telah diterbitkan ke dalam 40 bahasa asing dan diedarkan di lebih dari 130 negara. Novel Laskar Pelangi menjadi buku terlaris internasional pertama dari Indonesia. Novel tersebut telah menjadi referensi di berbagai sekolah dan lembaga di luar negeri untuk studi tentang pendidikan, sastra, dan budaya Indonesia. The Rainbow Troops berhasil masuk kategori Vintage penerbit Random House, terpilih oleh sastrawan Timur Tengah sebagai novel terfavorit 2014, dan telah diadaptasi di dalam dan luar negeri ke dalam bentuk film, musikal, serial TV, audio book, dan koreografi (oleh Washington City Dance Company, USA). Hingga saat ini, Andrea telah memperoleh banyak penghargaan dari dalam maupun luar negeri. Ia telah mengeluarkan masterpiece-nya berupa lebih dari 10 novel yang hampir semuanya memperoleh penghargaan mega nasional best seller. Kesuksesan yang ia raih tersebut berawal dari perjuangannya menempuh pendidikan di sekolah dasar yang hampir roboh di Bangka Belitung. Setelah lulus SMA, Andrea merantau ke Pulau Jawa. Ia meneruskan studinya di Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia dan lulus dengan predikat cumlaude. Andrea menempuh pendidikan dasar di SD Muhammadiyah Belitong Timur, Bangka Belitung (seperti yang ia ceritakan dalam novel Laskar Pelangi). Sekolahnya saat itu dalam kondisi yang mengenaskan dan hampir roboh. Oleh karena keterbatasan ekonomi keluarga, Andrea tidak mampu menempuh pendidikan di sekolah yang lebih layak. Meskipun demikian, di SD Muhammadiyah itulah ia bertemu dengan para sahabatnya yang ia sebut sebagai Laskar Pelangi. Andrea sejak kecil sangat menyukai pelajaran matematika. Hal ini karena pengaruh dari salah satu gurunya yang sangat pandai di bidang matematika, yaitu Bu Muslimah. Berkat dorongan beliau, Andrea ingin meraih cita-cita yang tinggi. Bu Mus, demikian beliau akrab dipanggil, dengan gigih dan semangat mengajari muridnya yang berjumlah tidak lebih dari 11 orang. Beliau memberikan kesaksian bahwa murid-muridnya belajar dengan semangat dan kompetitif. Selain itu, Bu Mus memotivasi Andrea untuk menulis. Saat duduk di bangku kelas 3 SD, Andrea bertekad agar dapat menulis cerita tentang perjuangan Bu Mus. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya, Andrea melanjutkan pendidikan menengah di SMP Muhammadiyah dan kemudian di SMA Negeri yang ada di Belitong. Ia menamatkan pendidikan di kampung halamannya hingga SMA. Kemudian, ia berkeinginan kuat untuk menempuh pendidikan ke perguruan tinggi dan menjadi seorang penulis. Ia pun merantau ke Jakarta. Dengan penuh perjuangan, Andrea berhasil diterima di Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia. Seusai meraih gelar sarjana ekonomi dengan predikat cumlaude, ia berhasil mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa untuk mengambil studi Master of Science di Univerite de Paris Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United kingdom. Melalui beasiswa tersebut, Andrea lulus dari pendidikan masternya di bidang teori ekonomi. Tesis Andrea Hirata di bidang ekonomi mendapatkan penghargaan dari kampusnya dan telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Tesis tersebut merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Meskipun studi mayornya ekonomi, ia amat menggemari sains (fisika, kimia, biologi, dan astronomi) dan tentu saja sastra. Pada tahun 2010, Andrea mendapat beasiswa pendidikan sastra di IWP (International Writing Program), University of Iowa, USA. Kemudian, pada tahun 2015 ia mendapat gelar Doctor Honoris Causa di bidang sastra dari University of Warwick, United kingdom. Sebelum itu, pada tahun 1997, Andrea menjadi pegawai PT. Telkom. Niat untuk membuat tulisan tentang inspiratornya itu kembali memuncak saat ia menjadi relawan tsunami Aceh. Pada tahun 2005, ia memulai debutnya melalui novel tetralogi Laskar Pelangi, dimana keempat novelnya tersebut memperoleh penghargaan national best seller. Ketenaran karya Andrea Hirata rupanya dilirik oleh produsen film. Hal tersebut mengantarkan novel Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi diadaptasi ke dalam bentuk film. Novel pertamanya, Laskar Pelangi, ia tulis hanya dalam waktu 3 minggu saja. Pada awalnya, Andrea tidak berniat mempublikasikan novel tersebut. Namun, tetap saja novel Laskar Pelangi sampai ke tangan penerbit. Namanya semakin melejit berkat novel Laskar Pelangi, sehingga ia mendapatkan berbagai penghargaan, di antaranya Khatulistiwa Literally Award (KLA) pada tahun 2007, Aisyiyah Award, Paramadina Award, dan Netpac Critics Award. Andrea menjadi pemenang berbagai penghargaan sastra internasional, antara lain pemenang pertama New York Book Festival 2013 untuk The Rainbow Troops, Lakar Pelangi edisi Amerika, penerbit Farrar, Straus & Giroux, New York, kategori General Fiction. Dia juga menjadi pemenang pertama Buchawards 2013, German untuk Die Regenbogen Truppe, Laskar Pelangi edisi Jerman, penerbit Hanser-Berlin. Andrea juga pemenang seleksi short story majalah sastra terkemuka di Amerika, Washington Square Review, New York University, edisi Winter/Spring 2011 untuk short story pertamanya, Dry Season. Bersama nobelis sastra Orhan Pamuk dan Nadine Gordimer, esai karya Hirata berjudul View from My Window terpilih untuk buku Windows on the World, 50 Writers 50 Views, Matteo Pericoli, Penguin, New York. Tahun 2017, dia menerima penghargaan budaya dari pemerintah Perancis untuk karyanya Les Guerriers de L’arc-en-ciel (Laskar Pelangi edisi Perancis, penerbit Mercure de France). Hingga saat ini, Hirata aktif memberi kuliah creative writing di universitas dalam negeri maupun luar negeri. Dia juga aktif mempromosikan minat membaca serta menulis dengan mendirikan museum sastra bernama Museum Kata Andrea Hirata. Museum tersebut telah berdiri sejak 2009 di Belitong (kampung kelahirannya). Hal tersebut membuktikan bahwa segudang prestasi yang telah diraihnya tak lantas membuatnya tinggi hati. Prestasi tersebut justru ia manfaatkan untuk menginspirasi dan berbagi ilmu dengan orang lain.
3 Comments
Dahlia
11/1/2023 10:58:53
Kereeeennn
Reply
Nafilah Hamasah Muslimat
20/1/2023 19:11:12
Masya Allah mantap. Sangat bermanfaat!
Reply
Rifqi
20/3/2023 20:06:28
Sangat menginspirasi, keren
Reply
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
May 2024
Categories |