Cerita ini berasal dari desa terpencil di daerah Jawa Tengah. Hiduplah seorang janda dengan anak laki-lakinya. Anak itu mempunyai bentuk fisik yang aneh. Badannya menyerupai periuk untuk menanak nasi. Di Jawa Tengah, periuk untuk menanak nasi disebut kendil. Karena itulah orang menyebutknya Joko Kendil. Walaupun fisik Joko Kendil tidak normal, namun ibunya mencintainya dengan sangat tulus. Ibunya tidak pernah merasa malu maupun menyesal mempunyai anak seperti joko kendil. Apa pun yang diminta Joko, ia selalu berusaha mengabulkannya.
Joko tumbuh sebagai anak yang bahagia. Ia dikenal sebagai anak yang jenaka. Namun terkadang Joko Kendil juga nakal seperti anak – anak pada umumnya. Ia sering ke pasar, lalu ia duduk di dekat pedagang. Pedagang mengira, Joko itu sebuah periuk. Sehingga ia menaruh sebagian makanannya di atas tubuh Joko. Ia juga sering menyelinap ke pesta. Orang menyangka Joko itu periuk biasa, sehingga orang itu menaruh makanan di sana. Kemudian dengan diam-diam Joko pulang dan membawa makanan untuk ibunya. Ibu Joko marah melihat kenakalan Joko. Ia menyangka Joko mencuri. Joko lalu menjelaskan, kalau semua orang menyangka dirinya periuk. Ibunya pun tertawa mendengarnya. Ketika Joko tumbuh dewasa, tubuh Joko tetap mirip periuk. Tapi yang mengherankan, Joko justru meminta ibunya mencarikan istri untuknya. Tidak tanggung-tanggung, Joko menginginkan putri raja sebagai istrinya. Tentu saja Ibunya bingung sekali. Karena melihat kondisi yang ada mereka berasal dari keluarga miskin dan melihat kondisi fisik joko kendil sendiri yang tidak lazim namun pada akhirnya ibu joko menghadap ke raja untuk melamar salah satu dari putrinya. Raja mempunyai tiga putri yang cantik. Ibu Joko mengungkapkan keinginan anaknya pada Raja. Raja sama sekali tidak marah mendengar penuturan Ibu Joko. Sebaliknya, Raja meneruskan lamaran itu pada ketiga putrinya. Putri Sulung mengatakan,tidak sudi karena ia menginginkan suami yang kaya raya. Putri Tengah mengatakan, suami yang diinginkan adalah seorang raja seperti ayahnya. Berbeda dengan kedua kakaknya, Putri Bungsu justru menerima pinangan itu dengan senang hati. Raja sangat heran. Tapi karena Putri Bungsu sudah setuju, ia tak dapat mencegah pernikahan itu. Sayangnya, Putri Bungsu selalu diejek kedua kakaknya sehingga ia sering kali merasa sedih. Tapi ia berusaha sabar dan tabah. Suatu hari, Raja mengadakan lomba ketangkasan. Tapi Joko tidak bisa ikut. Ia mengatakan pada Raja, badannya sakit. Suatu saat ada perlombaan ketangkasan yang diikuti banyak orang penting seperti para pangeran dan panglima. Mereka berlomba naik kuda dan menggunakan senjata. Tiba-tiba datang seorang kesatria gagah. Ia sangat tampan dan tangkas menggunakan senjata. Putri Sulung dan Putri Tengah senang sekali melihatnya. Mereka jatuh cinta pada ksatria itu. Kedua saudara si bungsu kembali mengejek adiknya, karena terburu-buru menikahi Joko Kendil. Putri Bungsu pun berlari ke kamarnya sambil menangis. Di sana ia melihat sebuah kendi. Karena kesal, ia membanting kendi itu hingga berkeping-keping. Ksatria gagah itu masuk ke dalam kamar Putri Bungsu. Ia mencari kendi, tapi kendi itu sudah hancur. Lalu ia melihat Putri Bungsu menangis tersedu-sedu. Lalu putri bungsu kaget saat melihat kesatria gagah perkasa itu menghampirinya. Lalu ksatria itu menceritakan dirinya yang sebenarnya. Ia sebenarnya Joko Kendil, suaminya. Ia selama ini harus memakai pakaian dalam bentuk kendi. Tapi ia dapat kembali menjelma menjadi ksatria kalau seorang putri mau menikah dengannya. Begitu tahu kalau ksatria tampan itu Joko Kendil, betapa menyesalnya Putri Sulung dan Putri Tengah. Sebaliknya dengan Putri Bungsu, ia menjadi sangat bahagia bersama Joko Kendil yang telah menjelma menjadi pria yang rupawan. Pesan moral di dalam kisah Joko Kendil ini adalah kita tidak boleh menghina orang lain yang mempunyai perbedaan dengan orang pada umumnya. Harus menghargai orang lain tanpa pamrih. Sumber: https://www.ceritalegenda.com/joko-kendil/ Biodata Penulis: Penulis yang akrab disapa Rifki adalah seorang anak ke tiga dari enam bersaudara, yang saat ini sedang menjalani Pendidikan di IAIN Salatiga program setudi Hukum Tata Negara. Penulis merupakan putra asli Jawa tengah tepatnya berasal dari Kabupaten Magelang.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
Archives
May 2022
Categories |