Dikisahkan hiduplah seorang janda tua yang bernama Sarni. Ia hidup seorang diri dan tidak mempunyai keturunan. Pada suatu hari saat mbah Sarni sedang pergi mencari kayu ke hutan. Tiba_tiba ia di pertengahan jalan bertemu dengan buto ijo atau raksasa yang menginginkan seorang anak untuk menjadi santapannya.
Kemudian mbah Sarni menjelaskan bahwa ia tidak memiliki seorang anak karena ia mandul dan hidup sebatangkara selama ini. Kemudian buto ijo memberikan biji timun kepada sami untuk ditanam di ladang sekitar rumah. Nantinya sami akan mendapatkan anak setelah menunggu selama 2 minggu. Namun si buto ijo berjanji akan datang setelah usia anak tujuh tahun dan akan dijadikan sebagai santapannya. Dengan tawaran si butu ijo ini mbah Sarni terfikirkan untuk menetujuinnya karena selama ini ia belum pernah mempunyai keturunan dan sangat ingin mempunyai keturunan akhirnya mbah sarnipun setuju dan segera pulang untuk menanam biji timun itu diladang sekitar rumah. Sesudah menunggu selama dua minggu, salah satu dari mentimun yang ditanam mbah sarni ada yang berbuanh dengan ukuran yang sangat besar. Kemudian ia membelahnya dan menemukan seorang bayi di dalamnya. Mbah Sarni sangat senang karena hidupnya tidak seorang diri lagi karena ia mempunyai seorang anak yang diberi nama Timun Mas yang mempunyai paras cantik. Si buto ijo pada suatu ketika datang untuk menagih janjinya yaitu mengambil Timun Mas. Kala itu mbah Sarni membohongi buto ijo bahwa timun mas masih kecil dan belum enak kalua disantap sekarang dan menyuruh si buto ijo datang beberapa tahun lagi. Pada suatu hari mbah sarni bermimpi Timun Mas diminta untuk menemui petapa yang ada di puncak gunung. Merasa itu sebuah firasat baik kemudian mbah sarni langsung bergegas memberitahukan anaknya untuk mencari petapa dan meminta petunjuk. Kemudian keesokan harinya timun mas berangkat ke gunung untuk mencari petapa tersebut. Setelah timun mas bertemu dengan petapa tersebut dan menceritakan apa yang dialami dirinya dan mbah sarni bahwa timun mas akan menjadi santapan buto ijo. Kemudian setalah mendengar cerita itu petapa tua memberikan sebuah bungkusan kecil yang berjumlah empat kantong. Sang petapa menjelasakan cara memakai kantong tersebut. Empat kantong itu isinya adalah biji mentimun, garam, jarum serta terasi. Jika dikejar oleh raksasa, Timun Mas diminta untuk melemparkannya isi kantong tersebut satu per satu. Kemudian timun mas berpamitan pulang ke rumah sesudah mendapatkan kantong-kantong tersebut. Untuk menagih janjinya esok harinya si buto ijo datang lagi. Mbah Sarni meminta kepada raksasa agar tidak mengambil anaknya. Hal ini karena mbah Sarni sangat mencintai dan menyayangi anaknya. Bahkan ia juga rela menawarkan dirinya sebagai ganti Timun Mas. Tetapi raksasa marah dan menolak tawarannya. Timun Mas kemudian keluar dan menantang si buto ijo karena merasa tidak tega melihat ibunya diperlakukan seperti demikian. Timun Mas pada lemparan pertama melempar isi kantong biji timun. Buto ijo mampu melewati tanaman timun yang melilit tubuhnya dan tetap bisa mengejarnya. Lemparan yang kedua adalah berupa jarum. Seketika tumbuhlah pohon bambu yang tinggi serta tajam. Walaupun kaki buto ijo berdarah, akan tetapi masih bisa mengejarnya. Lemparan yang ketiga Timun Mas menabur garam. Seketika muncul lautan dan raksasa bisa melewati lautan tersebut dengan mudah. Lemparan yang terakhir Timun Mas menaburkan terasi. Terbentuklah suatu lautan lumpur yang mendidih. Raksasa tercebur ke dalam lautan lumpur mendidih dan mati. Sesudah kejadian tersebut, Timun Mas dan mbah Sarni hidup bersama dengan bahagia. Sumber: https://www.ceritainspiratif.com/cerita-dongeng-timun-mas-daerah-jawa-tengah/ Biodata Penulis: Penulis yang akrab disapa Rifki adalah seorang anak ke tiga dari enam bersaudara, yang saat ini sedang menjalani Pendidikan di IAIN Salatiga program setudi Hukum Tata Negara. Penulis merupakan putra asli Jawa tengah tepatnya berasal dari Kabupaten Magelang.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
Archives
May 2022
Categories |