Pada suatu hari pembukaan pendaftaran murid baru di pondok pesantren di Jawa Tengah,datanglah seorang anak laki-laki yang baru saja lulus SD dari luar provinsi,dia datang bersama ibunya ,serta keluarga guru waktu kecil ibunya.Dia datang untuk menimba ilmu di tanah Jawa,anak tersebut bernama NABABAN.Nababan bersama ibunya untuk beberapa hari ini berada di pondok pesantren itu untuk menunggu keputusan sekolah apakah dia lulus atau tidak,setelah beberapa hari keluarlah hasil SKnya,dengan penyampain salam dan nasihat sespuh bilang “bagaimanapun hasilnya kita harus ikhtiar”,dan tanpa berbasabasi sesepuh pondok pesantren itu membacakan nama-nama yang lulus untuk sekolah disana,”semuaa nama pendaftar yang saya sebutkan adalah nama santri yang lulus untuk masuk pondok pesantren ini”kata yang terucap oleh sesepuh.Setelah banyak sekali nama nama yang disebutkan belum ada satu pun nama NABABAN,dan hanya tinggal 1 sisa nama yang belum disebutkan.NABABAN sangant sedih ketika namanya belum disebut,ketika itu NABABAN mengajak ibunya untuk pergi dari aula pondok pesantren,saat akan beranjak dari tempat duduknya tiba-tiba nama NABABAN tersebut dari bibir sesepuh ponpes itu,NABABAN tidak mendengar panggilan namanya dan ingin langsung pergi tapi ibunya menarik tangan NABABAN dan langsung memeluknya,tanpa berpikir panjang ibunya memberitahu anaknya dengan kata yang terengah-engah kalau dia telah lulus seleksi.
Setelah beberapa tahun di pondok pesantren,NABABAN memiliki banyak teman bernama,Roy dan Hotman yang berasal dari luar provinsi jawa juga.Hotman terkenal dengan anak yang nakal ,ketika jam istirahat Hotman mengajak teman-temanya ke sesuatu tempat,”wee kita pergi yok ada tempat bagus banget”kata Hotman,semua teman-temannya mau kecuali Nababan,”aku gak mau ikut udah capek,aku aja yang selalu di salahkan sama abah”kata Nababan,namun Hotman terus saja memaksa Nababan untuk ikut dan mau gimana lagi Nababan pasrah dan akhirnya ikut bersama mereka.Hotman di depan sebagai pemandu jalan mereka,lebih dari 7 menit tiba-tiba Hotman berhenti dan diikuti oleh semuanya,dan ternyata Hotman membawa mereka ke penginapan yang khusus untuk Nyai dan Abah pondok pesantren itu,halaman yang indah,bersih,dan siapapun kesana tidak ingin balik lagi,”nah kita sudah sampai disini, ini adalah tempat yang paling nyaman,bersih,kalian tau kan tempat ini?”tanya Hotman Semuanya mengangguk,”inikan kamarnya Nyai!!!,kamu ngapain bawa kita ke sini,kitakan sudah dilarang untuk kesini!”kata Nababan,benar kata Nababan ngapain Hotman bawa mereka kesini dia kan sudah tau kalau ini adalah salahsatu tempat yang dilarang di pondok pesantren itu.”yaa buat istirahat lah, lo ga bosen tidur di lantai aja capek tau”kata Hotman dengan entengnya,Nababan sudah sangat kesal dengan perilaku Hotman yang sangat keras kepala itu. Untung saja di saat itu Nyai dan Abah sedang pergi keluar untuk beberapa hari. Hotman mencoba untuk membuka pintu agar mereka bisa masuk,dan ternyata pintu itu tidak di kunci,wajar saja itu tempat yang dilarang dan penjagaanya ketat mana mungkin ada yang berani kesana yaa kecuali Hotman,ini pertama kali ada yang menginjakkan kakinya kesana,saat pintunya terbuka Hotman mengajak temanya untuk masuk,namun Nababan tidak mau masuk karena dia tahu kalu itu adalah salah satu tempat yang dilarang.Hotman dan yang lainya masuk ke kamar yang seperti hotel bintang lima. Saat sedang istirahat Hotman melihat ada rokok di atas meja tv rokok itu adalah milik Abah,dan pasti kalian akan menduka Hotmana akan mengambil rokok itu,yaa benar Hotmana berajak dari tempat duduknya dan mengambil rokok itu ,semua anak-anak itu menghabiskan isi rokok itu.Nababan sudah tidak bisa menahan dirinya melihat tingkah laku Hotman, tentu saja kesal dia sudah melampaui batas seorang santri.Ketika mau masuk untuk menegur Hotman dan yang lainya, tiba-tiba datang seseorang dari arah belakang Nababan dan memegang pundak Nababan, kaget? tentu saja Nababan kaget, saat menghadap belakang ternyata seorang penjaga kawasan itu ”ente ngapain disini,ente santri sini kan”kata ustadz itu,”maaf ustadz tadi Hotman yang ngajak saya kesini,saya udah melarang merekaa ke....”,”eleh kamu bisa ngeles jangan buat alasan kaya gitu,pasti juga ada yang di dalam”,kata Nababan yang langsung di potong oleh Ustadz itu.Ustadz itu tidaak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nababan, Ustadz itu menyuruh Nababan untuk berdiri menggunakan satu kaki dan memegang kedua telinganya,lalu Ustadz itu menelpon penjaga yang bertugas ditempat itu”kalian kemana saja,kalian ditugaskan untuk menjaga kawasan ini kenapa kalian kemana-mana,cepet kalian kesini saya tidak mau tau”kata Uatadz itu dan langsung mematikan telponnya Ketika mendengar keributan di luar Hotman dan yang lainnya keluar ”ada apasi ribut-ribut”kata Hotman sambil membuka pintu,ternyata ada Ustadz di luar sana yang membuat semuanya kaget dan melihat Nababan yang sudah kecapeean.Selang beberapa menit datanglah 6 penjaga dan langsung membawa mereka berlima ke tempat penyekapan.Mereka dihukum akibat melanggar aturan pondok pesantren dan beran menggnakan rokok,mereka akan diberi hukuman ya itu dikeluarkan dari sekolah dan tidak akan diberi makan selama orang tua wali santri tidak datang menjemput mereka,sudah 2 hari mereka tidak dikasi makan,dan ketika ibunya Nababan saat itu sedang memasak untuk adek-adeknya,dia menerima telpon dari anak guru masa kecil ibunya. “Assalamualaikum wr.wb,Ummi ini saya Imam”,ya nama anak itu Imam “Waalaikumussalam wr.wb,iyaa Imam ada apa,gimana keadaan adeknya apakah baik-baik saja?”jawab ibunya Nababan “Ummi,Imam malu disini gara Nababan,dia sudah melanggar atauran sekolah dan akan di skor dengan dikeluarkan dari pondok pesantren ini” “astagfirullah,gimana bisaa!!?”tanya ibunya Nababan “dia sudah merokok jadi oleh sebab itu dia dikeluarkan,dan minta tolong ummi untuk dateng menjemput gilang” “iyaa udah kalau gitu tolong dijaga adiknya dan kasi makan,mohonn banget untuk jaga adiknyaa yaa” “gih ummi,assalamualaikum wr.wb”dan langsung menutup telponya. Wah pasti kalian kesel banget kan denger kata Imam,Nababan ngerokok yang bener aja malahan dia cium bau rokok aja ga bisa bagaimana Imam bisa bilang kaya gitu,duhh mimin aja yang buat ceritanya kesel banget.Ibu Nababan memberitahu Bapaknya Nababan dan kelihatan kalau Bapaknya Nababan maraah besar,tentu saja sudah kesulitan dengan ekonomi ditambah lagi dengan info kalau Nababan akan di keluarkan dari pondok pesantren.Imama datang ketempat penyekapan Nababan dan memeberinya 5 bungkus nasi dan air minum,setelah memberikan mereka makanan imam langsung pergi meninggalkan mereka,dengan lahab mereka menghabiskan makanan itu.Setelah makan tiba-tiba perut Nababan mulas dan ingin ke kamar mandi,sebelum itu Nababan izin dan ditemani 2 ustadz yang mengekor dibelakangnya,ya mungkin mereka mingira Nababan akan kabur,saat Nababan masuk kekamar mandi, baru saja ia menghidupkan keran air tiba-tiba 2 ustadz itu masuk dan langsung menyelupkan kepala Nababan ke dalam bak air selama kurang lebih 1 menit lamanya,Nababan sudah lemas tidak berdaya,mereka berdua meninggalkan Nababan sendirian yang sudah terbaring lemas di dalam kamar mandi,Nababan sudah tidak bisa sabar dan akhirnya dia kabur tanpa sepengetahuan orang-orang. Satu hari kemudian,Bapak Nababan pergi untuk mencari uang untuk biayanya untuk ke Jawa,iaa berkerja sebagai sumpir truk,truk itu miliknya sendiri yaa,dia kerja dari pagi sampai malam, sekitar jam 19.20 dia memesan tiket penerbangan untuk pagi ini dan ingin langsung pergi ke Jawa.setelah mandi dan lain-lain,jam 06.15 dia langsung berangkat menuju bandara Internasional Lombok.Saat pukul 07.20 Bapak Nababan berangkat menaiki pesawat terbang .Pukul 08.43 malam sampai di bandara Juanda,Surabaya,baru saja dia samapai tiba-tiba ibunya Nababan menelpon dan mengabarkan kalau Nababan sudah kabur dari podok pesantren. Bersambung... Ditulis oleh : Dinda Novita Kencana Wulan
3 Comments
Disebuah sekolah menengah atas yang bernama SMA Taruna Negara terdapat sebuah cerita mistis yang setiap tahunnya diceritakan turun temurun oleh setiap siswa yang ada di sana. Ada sebagian siswa yang percaya bahwa cerita itu nyata dan ada juga siswa yang beranggapan itu hanyalah mitos belaka. Sejak dulu SMA Taruna Negara dikenal angker, menurut warga sekitar mereka terkadang sering melihat sosok putih yang berdiri tepat di depan pintu gerbang sekolah tersebut.
Setiap malam sekolah itu tampak suram, ditambah lagi ada dua buah pohon besar yang umurnya sudah cukup tua masih hidup tepat dihalaman sekolah itu membuat aura angker makin terasa kuat. Sebenarnya sekolah itu dibangun berada di tengah keramaian kota, tetapi itu tidak menghilangkan kesan angker disekolah tersebut. Jalan raya itu masih terlihat sangat ramai pada pukul tujuh malam sampai jam sembilan malam, kalau sudah lewat jam sembilan malam hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Masyarakat sekitar takut lewat jalan tersebut karena sering melihat penampakan ketika melewati jalan tepat di SMA Taruna Negara. Dipagi harinya semua siswa tidak berani berangkat sekolah terlalu pagi, karena mereka tau kalau sekolah itu angker. Guru mengizinkan murid-muridnya untuk berangkat ke sekolah pukul tujuh pagi karena jam segitu matahari sudah cukup untuk menyinari area sekolah. Para guru merasa khawatir kalau siswanya berangkat ke sekolah terlalu pagi ia akan melihat makhluk astral mengguncang mental mereka. Semua makhluk astral yang menempati SMA Taruna Negara dianggap jahat karena mereka sering merasuki siswa yang sering melamun ataupun pergi ke sekolah saat sekolah masih sepi. Suatu pagi Dania berangkat pukul 06.15 WIB dan jam segitu di SMA belum ada satu orangpun datang ke sana. Bahkan satpam yang seharusnya datang lebih awal ini malah datang nya sudah agak rame warga beraktivitas. Dania ini siswi kelas 12 di SMA Taruna Negara pastinya ia sudah banyak mendengar cerita-cerita horor yang ada di sekolahnya. Sebenarnya ia sendiri takut datang ke SMA jam segitu tapi mau gimana lagi dia menjadi ketua event pelaksanaan festival seni di sekolahnya, jadi mau tidak mau ia harus datang pagi-pagi buta untuk mempersiapkan peralatan yang digunakan saat festival nantinya. "Gila nih sekolah tampang nya makin nyeremin banget, padahal dah jam enam lewat kenapa hawanya kek masih malem ya?" Gumam Dania seraya menelan ludah karena rasa takut itu gak bisa dihindarkan. "Mana masih gue sendiri disini, emang bener-bener minta di hajar tuh anak-anak kemarin ngajak berangkat pagi eh sampai sini masih sendirian". Dania menggerutu gak karuan melihat tim yang ia pimpin pada gak kompak. "Mau putar balik rumah gue jauh yang ada nanti pada ngomel gak jelas pas kau telat, klo di sini aja gue merinding si satpam mana belum datang lagi, dan mau ke warung rasanya gak etis kalau cwe pagi-pagi udah mangkal di warung." Dania kayak orang gak waras karena ngomong sendiri melihat situasi yang ia hadapi sekarang. Alhasil ia melakukan video call dengan salah satu temannya dengan harapan agar temanya cepat datang ke sekolah. "Oi Aira" Ucap Dania. Saat itu Aira mengangkat telpon Dania masih setengah sadar sepertinya nyawanya belum sepenuhnya berada di tubuh Aira. "Buruan bangun, mandi, terus cepat datang ke sini" ujar Dania seraya melihat Aira masih membaringkan kepalanya di bantal. "Ngapain ke rumah lu wahai Dania, biasanya kan lu berangkat sendiri tumben nyuruh gue datang ke rumah lu". Jawab Aira ngelantur karena saat mengangkat panggilan video dari Dania wajah Aira tak menatap layar ponsel melainkan menghadap ke bantal. "Tuh muka bisa gak sih diangkat ke atas dikit". Dania heran melihat kelakuan Aira "gue dah sampai di SMA nih" lanjut Dania. Sontak Aira langsung terbelalak melihat ke layar hpnya untuk memastikan keberadaan Dania saat ini. "Ngapain lu jam segini dah sampai SMA tau sendiri tuh SMA angkernya minta ampun" kini Aira yang terkejut melihat kerandoman temannya itu. "Kan lu wakil ketua pelaksana event jadi harus gercep datang ke sini, kemarin kan udah sepakat kalau kita berangkat masih pagi". Dania menagih janji yang diucapkan oleh teman-temannya di hari sebelumnya. "Iya sih berangkat pagi tapi tunggu pintu gerbang buka kali, ini kan pak Yanto belum bukain gerbang". Aira membela dirinya karena ekspetasi Aira dan Dania berbeda. "Udah gak usah banyak omong sekarang kamu cepetan mandi lalu berangkat sekolah, disini sepi jadi merinding gue". Dania terus membujuk Aira agar segera menemani nya di SMA. Setelah menunggu dua puluh menit di depan SMA sendirian akhirnya pak Yanto datang juga membawa kunci gerbang, hati Dania sedikit lega akhirnya setelah menunggu sambil uji nyali di SMA satpam sekolah datang dan menemani dirinya. Dania langsung berpesan ke pak Yanto kalau gerbang sekolah di buka nanti saja karena ia belum berani pergi ke kelas sendirian. Sepuluh menit kemudian setelah kedatangan pak Yanto akhirnya Aira datang juga ke SMA dan langsung saja Dania memperbolehkan pak Yanto untuk membuka pintu gerbang karena mereka berdua harus segera bergegas menyiapkan alat-alat untuk festival nanti. Dua orang berada di sekolah yang cukup besar namun horor ini cukup membuat nyali Dania dan Aira teruji, selama berjalan melewati koridor sekolah menuju ruang seni kaki mereka berdua gemetaran rasanya di sekolah itu seperti mencekam suasananya. Dan setelah penantian cukup panjang berjalan melewati kelas-kelas yang masih kosong akhirnya mereka berdua sampai di ruang seni tempat mereka menyimpan barang-barang yang akan dipamerkan. Namun tepat berada di depan ruang seni Aira seketika mematung melihat ruang seni saat ini. "Nia, lu liat sesuatu gak dilemari tempat penyimpanan miniatur rumah?" Ucap Aira dengan raut datar karena lemari tersebut terbuat dari kaca otomatis semua yang diletakkan disana akan terlihat dari luar. "Apa sih? Palingan ya miniatur miniatur rumah yang berjajar rapi" jawab Dania tak memperhatikan lemari yang dimaksud Aira karena ia tengah sibuk membuka kunci pintu ruang seni. "Liat aja dulu ke arah sana gak usah dibuka tuh pintu" Aira refleks mengarahkan kepala Dania ke lemari yang dimaksud. "Eh jambu itu....?" Dania sontak terkejut dan gak sanggup melanjutkan kata-katanya. "Itu setan tolol bukan jambu". Ujar Aira masih mematung di tempat. "Oke dalam hitungan ke tiga kita harus lari dari sini." Ucap Aira sambil menggandeng tangan Dania. Tanpa pikir panjang Aira langsung menarik tangan Dania dan mengajak nya keluar dari sana, dalam keadaan panik mereka berdua harus melewati lorong-lorong mengerikan di sekolah itu walaupun hampir jam tujuh pagi belum ada siswa yang datang lagi. Sebisa mungkin mereka harus keluar dari sana meskipun kaki rasanya lemas, sementara Dania masih shock dengan apa yang ia lihat barusan karena seumur hidup baru melihat makhluk halus. Mereka berdua trauma ke ruang seni akibat kejadian tadi alhasil pas festival akan dimulai dan semua Siswa, guru dan orang-orang sudah datang ke SMA Dania dan Aira masih trauma pergi ke ruang seni mereka terpaksa menyuruh anggota lain untuk mempersiapkan hal-hal yang diperlukan selama festival. Dan ini bukan kali pertama siswa mengalami trauma di sekolah tersebut dan banyak sekali siswa yang melihat hantu penghuni sekolah. Ini menjadi evaluasi untuk semua guru karena ditahun ajaran sebelumnya banyak sekali siswa yang dirasuki makhluk astral penunggu sekolah, dan tak tanggung-tanggung setiap harinya ada lebih dari sepuluh orang dirasuki oleh makhluk tak kasat mata itu membuat pihak guru kuwalahan menanganinya. Ada beberapa pihak wali murid tidak nyaman anaknya bersekolah di SMA Taruna Negara karena sering sekali mengalami hal-hal yang diluar dugaan. Banyak cerita yang beredar kalau SMA Taruna Negara itu dihuni oleh beberapa makhluk astral diantaranya adalah Kuntilanak, sundel bolong, hantu penari tradisional, dan yang paling populer adalah Pocong. Karena ada beberapa siswa diteror oleh hantu pocong saat dikamar mandi, hantu tersebut kerap menampakkan dirinya dipantulan cermin kamar mandi, bahkan ada siswa yang melihat Pocong berdiri didepan matanya. Seketika siswa-siswa tersebut sering takut ketika berada dikamar mandi sendirian. Tak hanya dikamar mandi saja hantu pocong itu terkadang juga menampakkan dirinya ketika sekolah masih sepi, ada beberapa anak yang saat itu kebetulan berangkat ke sekolah masih sangat pagi dan mereka tak sengaja melihat ada yang melompat lompat dilorong kelas dan menghampiri mereka. Seketika siswa-siswa itu tidak dapat beranjak ke tempat lain, entah mengapa mulutnya sulit untuk berteriak, mereka juga tidak bisa memejamkan matanya, keringat dingin juga ikut keluar dari tubuh mereka dan keesokan harinya anak-anak itu demam karena kaget melihat makhluk yang cukup terkenal disekolah mereka, untungnya mereka tidak kerasukan makhluk astral tersebut. Tidak hanya para siswa yang diganggu oleh pocong penghuni sekolah, seorang satpam yang bertugas menjaga keamanan siswa juga sempat ganggu oleh pocong tersebut ketika dirinya pergi ke sekolah terlalu pagi. Dan juga seorang penjaga kebersihan juga sempat diteror oleh hantu tersebut karena ia dianggap telah menebang pohon yang katanya pohon tersebut salah satu tempat tinggal hantu pocong. Pihak sekolah telah berupaya semaksimal mungkin agar makhluk-makhluk astral tersebut tidak mengganggu semua orang yang berada disekolah tersebut dengan cara melakukan doa bersama. Walaupun masih ada siswa yang mengalami gangguan dari hantu-hantu itu tapi setelah sering melakukan doa bersama gangguan dari makhluk astral sedikit berkurang. Ditulis oleh : Lisa Riyani, DII Batch 4 Provinsi Jambi Namaku adalah Mentari, anak dari seorang pedagang kue dan seorang buruh yang
mempunyai kehidupan sederhana. Dulu, aku adalah seorang anak yang dilahirkan dengan penuh kasih sayang dari kedua orang tuaku. Semua keinginanku selalu terpenuhi, dan aku juga selalu berpikir bahwa aku adalah seorang anak yang paling bahagia di dunia ini. Akan tetapi, semua anggapan itu salah. Ketika aku berusia 8 tahun, hari - hari yang telah aku lalui hanya untuk menyaksikan pertengkaran kedua orang tuaku saja. Hingga akhirnya, mereka berpisah dan tidak tinggal serumah lagi, perpisahan ini membuat aku hanya tinggal bersama ibuku saja. Aku mempunyai sahabat bernama Sarah. Dia baik, manis, cantik, dan pintar. Dia adalah sahabat terbaik bagiku, karena dia selalu ada disampingku dalam keadaan suka maupun duka. Sarah adalah teman yang pertama kali tahu bahwa orang tuaku telah berpisah. Jika ada waktu luang, kami berdua saling menyempatkan diri untuk bertemu dan berbagi cerita hidup kami masing-masing, di taman dekat rumahnya. Kemarin, ketika kami sedang duduk di taman, tidak tahu kenapa tiba-tiba aku melontarkan pertanyaan padanya, “Mengapa kedua orang tuaku berpisah, apakah mereka tidak menyayangiku lagi?”. Dengan senyuman penuh makna yang terpancar di wajahnya, ia pun menjawab, “Bukan seperti itu Mentari, orang tuamu sangat menyayangimu, bahkan mereka tidak ingin membuatmu bersedih. Tapi, jalan yang terbaik untuk saat ini adalah mereka harus berpisah, karena sudah tidak ada kecocokan lagi diantara mereka berdua”. Pada suatu hari, aku duduk di depan rumahku, aku mulai berpikir lagi, “Apakah mereka tidak pernah memikirkanku saat ingin berpisah, dan apakah mereka tidak menginginkan kebahagiaanku?”. Lalu, aku teringat dengan perkataan sahabatku, bahwa orang tuaku berpisah karena sudah tidak ada kecocokan lagi di antara mereka. Ketika mengingat semua itu, didalam hatiku saat ini hanya ada rasa gundah dan gelisah yang berselimuti tangisan akibat perpisahan ini. Aku adalah seorang anak yang selalu tertawa gembira tanpa ada seorang pun yang tahu betapa rapuhnya aku, karena masalah kedua orang tuaku itu. Disetiap hariku hanya tetes demi tetes air mata saja yang terus mengalir. Kemarin, waktu aku sedang duduk di depan rumahku, tiba-tiba saja ibu datang menghampiriku sambil bertanya, “Sayang, mengapa kamu menangis?”. Aku pun langsung menjawab pertanyaannya, “Ibu, aku menangis karena aku tidak ingin melihat ayah dan ibu berpisah, aku ingin kita berkumpul seperti dulu lagi bu.” ”Nak, sekarang semuanya telah berubah, kami tidak dapat bersama lagi karena sudah tidak ada kecocokan diantara kami” seru Ibuku. Ternyata, yang dikatakan ibuku sama dengan apa yang dikatakan oleh sahabatku, jika sudah seperti itu tidak ada lagi yang dapat kulakukan, kecuali menerimanya dengan lapang dada. Diujung pembicaraan, ibu meminta sesuatu padaku. “Nak, ibu sangat beharap semoga kamu mengerti dengan semua yang telah kami putuskan dalam keluarga ini”. “Baikah ibu, aku akan melakukan semua itu asalkan kalian bahagia” jawabku dengan wajah tersenyum. Sudah beberapa bulan lamanya saat perpisahan itu terjadi, ayah tak pernah mengunjungiku. Aku sangat sedih sekali dan aku berdoa kepada Allah Swt. agar aku dapat dipertemukan lagi dengan ayahku. Setelah 6 bulan kemudian ayah datang menemuiku, sungguh bahagianya diri ini tak ada satu kata pun yang dapat terucapkan. Ketika melihat senyumannya yang memberi warna pada hidupku terpancar, aku langsung memeluknya bahkan mencium keningnya sambil mengatakan, “Ayah, ke mana saja ayah selama ini? apakah ayah tidak merindukan dan menyayangiku lagi?” tanyaku dengan air mata yang berlinang. “Bukannya ayah tidak menyayangi dan merindukanmu, hanya saja ayah tidak ingin membuatmu besedih dengan kedatangan ayah, karena kami telah berpisah” jawab ayahku dengan penuh makna dibenaknya. Lama-lama aku mulai terbiasa dengan kehidupan baruku ini, walaupun mereka berpisah tapi hidupku telah bersinar kembali dengan dipenuhi kebahagiaan, tanpa menyadarinya aku telah berusia 12 tahun dan aku telah duduk di Kelas 1 SMP. Di Sekolah, nilai-nilai yang kudapatkan selalu bagus dan aku selalu mendapatkan juara 1 di Kelas, bahkan juara umum di Sekolah. Aku juga sering mengikuti lomba–lomba hingga mendapatkan penghargaan sebagai murid terbaik di Sekolah. Orang tuaku pun sangat bangga dengan semua prestasi yang telah aku dapatkan. Ketika aku lulus SMP, ayah dan ibuku selalu berkata untuk selalu meningkatkan prestasi agar aku mampu menggapai mimpiku, dan mereka juga sering berkata doa dan restu mereka akan selalu menyertaiku dimanapun aku berada. Cita-citaku adalah menjadi seorang dokter yang baik hati dan tidak sombong kepada orang-orang yang membutuhkanku. Aku pernah merasa tidak ingin menggapai cita-citaku itu, karena keadaan ekonomi orang tuaku tidak memadai, aku sadar untuk menjadi seorang dokter itu membutuhkan biaya yang sangat mahal, sedangkan orang tuaku tidak mempunyai dana yang cukup untuk menjadikanku seorang dokter. Namun, setelah aku berpikir kembali, untuk menggapai cita-cita itu tidak tergantung hanya pada uang saja, tapi juga tergantung pada kemauan yang kuat untuk meraihnya dan juga semangat belajar yang tak pernah lekang oleh waktu. Dengan semua itulah aku yakin, suatu saat nanti aku akan dapat mewujudkan cita-citaku, salah satunya dengan mendapatkan beasiswa. Seiring berjalannya waktu, kini aku telah menduduki kelas 1 SMA, aku berharap prestasiku kedepannya lebih meningkat. Di sekolah baru ini, aku mempunyai banyak teman yang sangat baik dan selalu mendukungku dalam melakukan hal-hal yang bersifat positif, merekalah yang selalu membantuku untuk menjadi lebih baik dalam pendidikanku. Di Kelas, aku mempunyai dua teman yang sangat dekat denganku, yaitu Rizky dan Syiva. Rizky adalah teman laki- lakiku yang sangat baik dan tampan, sedangkan syiva adalah teman perempuanku yang sangat manis dan ceria. Kemana-mana kami selalu bersama, baik di Kantin, Kelas, ataupun sebagainya. Selama aku duduk di kelas 1 SMA, aku juga selalu mendapatkan nilai-nilai yang sangat bagus. (2 Tahun Kemudian) 2 tahun telah berlalu, perasaan baru kemarin aku duduk di kelas 2. Akan tetapi, hari ini sudah tiba saatnya untuk aku melihat hasil ujian yang ternyata hasilnya sangat memuaskan dan ditambah lagi aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikanku di salah satu Universitas Kedokteran yang sangat terkenal di Luar Kota, semua itu adalah hal yang tak pernah terduga olehku. Bayangkan saja, ini sungguh luar biasa. Dengan langkah penuh kesenangan aku menuju ke Rumah untuk memberitahu ibu tentang kabar bahagia ini, ketika sampai di rumah aku langsung mencium dan memeluk ibu dengan rasa senang sambil mengatakan, “Ibu, aku ingin menyampaikan sesuatu yang membuat ibu bangga kepadaku”. “Apa itu, nak?” tanya ibuku. “Ibu, apakah ibu tahu yang dulu kuharapkan kini akan menjadi kenyataan bu. Aku akan pergi melanjutkan pendidikanku ke salah satu Universitas Kedokteran yang berada di Jakarta, karena aku mendapatkan beasiswa untuk semua itu” jawabku dengan nada gembira. Ibuku sangat senang ketika mendengarkan kabar bahagia ini, “Alhamdulillah anakku, kau sangat membuatku bangga, semoga saja kau menjadi dokter yang dapat menolong semua orang, nak”. Gumam ibuku dengan nada gembira. “Ia bu, ini semua juga berkat doa yang ibu pinta kepada Allah Swt. dan semoga harapan ibu dapat dikabulkan”. “Aamiin, apakah kau sudah menelpon ayahmu? kalau belum cepatlah kau menelponnya dan memberitahukannya tentang kabar gembira ini” ujar Ibu. “Belum. Baiklah bu, aku akan menelponnya” jawabku. Aku segera mengambil handphone yang berada di dalam tasku, dan langsung menelpon ayah. “Halo ayah, ayah apa kabar? dan lagi dimana?” “ Halo nak, ayah baik-baik saja kok. Ayah sedang ada dirumah, ada apa?” “ Bisakah ayah datang ke rumah? ada yang ingin aku sampaikan pada ayah.” “Tentu saja, sebentar lagi Ayah akan datang.” jawab Ayahku dengan penasaran. (Brumnn-brummmzzzzz) Suara motor ayahku yang terdengar dari kejauhan, membuat aku tak sabar ingin memberitahukan berita bahagia ini padanya. “Tok tok tok” terdengar suara ketukan pintu. Aku segera membukakan pintu dan langsung menyalami tangannya. “Silahkan masuk ayah,” seruku menuju ke sofa. “Ada apa, nak? kelihatannya kau sangat bahagia sekali, sampai-sampai kau menyuruh ayah untuk cepat-cepat datang kerumah mu ini”. “Ayah, bagaimana aku tidak gembira jika sebentar lagi impianku menjadi seorang dokter akan segera tercapai, karena aku mendapatkan beasiswa di salah satu Universitas Kedokteran yang berada diluar Kota”. “Alhamdulillah nak, aku sangat bangga padamu. Apakah kau tahu, sungguh bahagianya hati ayah mendengar berita yang tak terduga ini, kau sangat membuat kami bangga” seru ayahku dengan wajah penuh senyuman. Aku terdiam sejenak, karena dibalik kabar gembira ini ada kabar yang kurang baik, ini adalah kabar yang sangat membuat aku sedih. “Nak, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya ayah. “Tapi, Ayah. Jika aku mau ke Luar Kota aku harus tega meninggalkan ayah dan ibu, ini adalah keputusan yang sangat berat bagiku”. “Nak, kau tidak usah memikirkan kami, lanjutkan saja pendidikanmu kesana, karena itu impianmu dan salah satu hal yang membuat kami bahagia” ujar ayah. “Baiklah ayah, aku mempunyai sebuah permintaan. Ketika aku tidak berada di samping kalian untuk sementara waktu nanti, apakah kalian mau bersama kembali demi diriku ini?”. Setelah mendengar permintaanku, Ayah terdiam sejenak, mungkin ia sedang memikirkannya. Beberapa jam kemudian setelah mempertimbangkan beberapa hal, ayahku menjawab, “Jika itu yang kau inginkan, Ayah akan melakukannya. Tapi, tanyakan terlebih dahulu pada ibumu.” Tak lama setelah aku selesai berbincang dengan ayahku, ibu menghampiri kami dengan membawa secangkir kopi untuk ayah. Tanpa memperpanjang waktu, aku langsung menyampaikan keinginanku kepada ibu. “Ibu, apakah ibu mau bersatu kembali dengan Ayah seperti dulu lagi demi aku?” (tiba-tiba, ibu juga terdiam sejenak seperti ayah tadi). “Nak, apa yang kau katakana ini? Mana mungkin kami bisa bersatu kembali”. Aku mulai bersedih ketika mendengar perkataan yang telah dilontarkan oleh ibu tadi. Tapi, untung saja ayahku mengerti apa yang aku minta dan dialah yang menjelaskannya pada ibuku, hingga akhirnya ibu setuju dengan keputusan ini. “Sebenarnya ini keputusan yang sangat berat anakku. Tapi, demi kebahagiaanmu ibu rela melakukan semua yang kau inginkan.” “Kalau begitu kalian sudah setuju dengan apa yang kuminta?” “Ia tentu saja, asalkan kau bahagia selalu Mentari” ujar kedua orang tuaku. (6 bulan kemudian) Ayah dan ibuku menikah kembali, sungguh senangya hati ini. Tak ada satu kata pun yang dapat terucap, hanya doa yang dapat kuminta pada Allah Swt. atas nikmat yang telah ia berikan. Semoga saja tak ada yang dapat memisahkan mereka lagi, itulah harapanku. Hari demi hari silih berganti kembali, hingga tibalah saatnya untuk aku pergi meniggalkan kedua orang tuaku, karena aku ingin melanjutkan pendidikanku kejenjang yang lebih tinggi lagi. “Apakah semua barangmu sudah dipersiapkan anakku?” “Sudah, bu” “Bu, aku akan meninggalkan ibu dan ayah. Kuharap kalian baik-baik saja selama aku tak berada di sisi kalian, dan aku juga akan selalu memberikan kabar kepada ibu dan ayah agar kalian tidak khawatir terhadap diriku,” ujarku di rumah. Ayah dan ibu langsung memelukku dan segera mengantarkanku ke Bandara. Ketika tiba disana, aku langsung memeluk mereka lagi dan berkata, “Ibu, ayah. Aku meminta doa & restu pada kalian agar aku selalu mendapatkan kebahagiaan, kesehatan, dan kesuksessan,” pintaku pada mereka dengan air mata yang berlinang, sembari mengenggam tangan mereka. “Tentu saja nak, doa kami akan selalu menyertaimu,” ucap ayah sambil memeluk aku dan ibu. Dengan berat hati mereka pun melepaskan pelukan dan genggaman tanganku dan berharap aku sukses. Dengan berat hati juga seperti mereka, aku langsung berlari menuju pesawat dan memasukinya dengan melambaikan tangan pada mereka. Beberapa jam kemudian, pesawatku mendarat di Kota tujuanku. Lalu, aku pun turun dari pesawat dan langsung pergi menaiki taksi menuju Universitas yang kuinginkan, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI). Sesampainya aku disana, aku langsung mengabari kedua orang tuaku agar mereka tidak khawatir padaku. Disini, aku mendapatkan tempat penginapan dan fasilitas yang sangat bagus dan lengkap, sehingga aku tak memiliki kekurangan apapun dalam belajar. (4 Tahun Kemudian) Tak terasa sudah 4 tahun aku menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran ini. Perasaan baru kemarin deh aku ke datang kesini. Aku sangat bahagia, karena aku mendapatkan IPK tertinggi di Universitas ini, dan aku juga langsung mendapatkan tawaran menjadi dokter di kota kelahiranku. Bayangkan saja, betapa bahagianya orang tuaku ketika mengetahui berita ini. Hari ini adalah hari dimana aku akan menjalankan wisuda. Kemarin, sebelum aku menjalankan wisuda, aku mengabari kedua orang tuaku yang berada di kota kelahiranku untuk menghadiri wisudaku disini. Wah, sungguh bahagianya hati ini, disaat aku wisuda orang tuaku sudah bersatu kembali dan menemaniku di hari bahagia ini. Terima kasih ku ucapkan padamu ya Allah, karena kau telah mengabulkan doaku untuk menggapai mimpi indahku menjadi seorang dokter dan memperjuangkan keluargaku untuk bersatu kembali selamanya. Ditulis Oleh : Ayu Suryaningsih, DII Batch 4 Provinsi Kepulauan Riau |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |