Kisah seorang gadis kecil berambut hitam legam, bertubuh gemas. Pipinya yang chubby membuat setiap orang yang melihat tidak akan bisa menahan untuk mencubitnya. Namun sayang, kehidupan sehari-harinya bahkan tidak sesempurna itu. Meski memiliki keindahan yang sangat langka, bisa saja itu menjadi bumerang bagi dirinya sendiri karena rasa iri dari berbagai tatapan.
Seperti saat ini, gadis yang baru berusia sepuluh tahun itu harus merasakan pembullyan di lingkungan sekolah. Tak jarang gadis itu pulang dengan keadaan yang sangat amat berantakan, yang ia syukuri saat pulang sekolah adalah dengan keadaan rumah yang kosong. Ibu yang sedang berjualan di pasar membuat sang gadis sesegera mungkin membersihkan tubuhnya dan segera menyusul sang Ibu ke pasar. Almaira Syarif putri satu-satunya dari seorang Sifa Dante yang hidup serba kekurangan, Almaira hanya hidup berdua dengan Ibunya karena sang Ayah sudah meninggal di saat ia baru berusia tiga tahun. Almaira gadis yang penurut dan pintar, itu sebabnya dia bisa masuk ke sekolah internasional melalui jalur beasiswa. Almaira dituntut menjadi dewasa melebihi usianya. Setengah jam berlalu dan sekarang Almaira bisa melihat sang Ibu yang tampak sangat kelelahan, Almaira menghampiri sang Ibu mencium tangannya mencari berkat dari Tuhan dan di hadiahi senyum indah dari sang Ibu. Ibunya penjual kue, berbagai macam jenis kue ada di dagangan Ibunya. Dengan senyum manis dan polos ala seorang anak berusia sepuluh tahun, Almaira begitu semangat menawarkan dagangannya. Kehidupan Almaira hanya berputar pada Almaira yang bangun pagi-pagi untuk membantu sang Ibu, berangkat sekolah dengan tekun dan semangat, membantu berdagang sepulang sekolah, beribadah dengan sungguh-sungguh meminta pertolongan dan berkat dari Tuhan, belajar dengan rajin dan konsisten sampai cita-citanya tercapai. Cita-citanya sederhana yang Almaira tulis di dinding kayu kamarnya, yaitu menjadi dokter bedah dan membuatkan toko kue untuk sang Ibu. Almaira bahkan mengorbankan masa kecilnya untuk merayu Tuhan supaya di perlancar jalannya dan terus belajar tanpa kenal lelah. Hidup sederhana tidak memungkinkan Almaira untuk pergi ke tempat les untuk menambah jam belajarnya, tapi untungnya Almaira mempunyai Ibu yang begitu pintar dan penyayang sehingga sang Ibulah guru les Almaira hingga ia sampai di tingkat sekolah menengah atas. Dan hasil dari kerja kerasnya selama ini Almaira berhasil menyelesaikan sekolah hingga tingkat menengah atas dengan jalur beasiswa. Tahun berganti tahun, pembullyan yang di terima Almaira akhirnya terlepas karena saat ini Almaira sudah berada di Inggris lebih tepatnya di University of Oxford. Perguruan tinggi tertua berbahasa Inggris berlokasi di Oxford, Inggris. Selama Almaira berada di negara orang, ia tidak lupa untuk mengabari sang Ibu bagaimana keadaannya dan apa saja yang terjadi padanya. Kepergiannya yang jauh juga pasti penuh pertimbangan apalagi ia harus meninggalkan sang Ibu sendiri di tanah air sedangkan ia berjuang untuk masa depan. Hal yang membuat Almaira sedikit lega adalah, ia meninggalkan Ibu di rumah yang lebih layak dan berhasil membangunkan toko kue meski tidak terlalu besar. Almaira mengumpulkan uang sakunya serta uang dari beasiswa yang ia dapatkan setiap tahunnya, setelah cukup banyak tabungan Almaira memberikannya kepada sang Ibu dan sampailah ia bisa membangun semuanya dengan penuh bersyukur dan bahagia. Kehidupan di Inggris juga sangat ketat selain daya saing yang semakin meningkat, Almaira juga harus menyesuaikan diri di tempat yang sangat jauh berbeda dari tanah air. Kehidupan Almaira yang sudah disiplin dan mandiri sejak dini hari, membuat Almaira tidak kesusahan di negeri orang apalagi ia berada di University nomor 1 di dunia jurusan kedokteran dan kesehatan terbaik dengan skor 8,7 poin. Saat sesekali Almaira merasa lelah dengan kehidupan atau bahkan ia hampir menyerah, hanya satu yang selalu Almaira lakukan. Almaira akan selalu berdoa kepada Tuhan sepanjang hari, menceritakan semua keluh kesahnya dan mengingat kembali masa kelam yang ia lewati hingga sampai pada titik sekarang. Cita-citanya yang sudah ia tulis dengan bangga di dinding kamarnya, masa pertumbuhan yang ia lewati dengan tempaan keras tidak bisa ia abaikan begitu saja. Tanpa terasa beberapa hari lagi acar wisuda kelulusannya akan terlaksana, dan tentu saja Almaira mengusung sang Ibu dari tanah air ke Inggris untuk menghadiri hari bersejarahnya. Almaira yang sudah cantik dengan jubah kelulusan di dalamnya ada baju kebaya cantik yang sengaja ia pesan sama seperti yang sang Ibu kenakan. Ketika namanya di panggil karena ia berhasil menjadi wisudawati dengan nilai terbaik di jurusannya, dengan rasa bersyukur Almaira menyampaikan terima kasih kepada Tuhan dan Ibu tercinta. Dengan track record Almaira yang begitu memuaskan Almaira berhasil mendapatkan panggilan pekerjaan dari berbagai rumah sakit ternama di luar negeri maupun di dalam negeri. Karena Almaira tidak ingin hidup berjauhan dengan sang Ibu, akhirnya ia memilih mengabdikan diri di dalam negeri. Dan sekarang sedikit demi sedikit cita-cita Almaira di masa kecil mulai bertumbuh dan menjadi kenyataan. Usaha dan kerja kerasnya tidak menghianati hasil yang sudah ia capai sampai saat ini. Meski jalan begitu berlubang dan terjal, Almaira selalu menyertai Tuhan serta sang Ibu dalam segala hal. Karena Almaira yakin meski kita sepintar apa pun, jika Tuhan tidak berada di dalamnya impian yang hanya seujung kuku tidak akan pernah tumbuh meski hanya satu mili. Ditulis oleh : Hesti Indah Putri (JAMBI)
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |