Semburat cahaya dari ufuk Timur nampak elok nan hangat. Diiringi degupan jantung dengan tubuh yang bergemetar. Aku membuat orang-orang meneteskan air mata karena perasaan haru yang membuncah. “Allah Allah Allah” suara ramai orang-orang muslim bergeming dzikir nan merdu. Mata sembab dimana-mana. Mereka nampak terkepung rasa sedih, senang dan bersyukur.
Saat kurasakan tetesan air matanya tanahku tersenyum. Lalu kudo’akannya “semoga do’amu diterima oleh-Nya.” Akan kugunakan pemberian Allah yang Maha Suci yang telah memilih mensucikanku dari sekian banyak negeri untuk membantu orang-orang agar senantiasa selalu mengingat-Nya. Mereka akan kubantu mendapatkan nikmat ketenangan dihati dan jiwa saat bersamaku disini. Aku menunggu mereka mengunjungi Qiblatain. Akan kubuat mereka mengenang kembali dengan sejarah saksi perubahan kiblat arah sholat dari Yerusalem ke Mekah. Meskipun aku selalu ramai saat siang dan malam. Kalian akan dapatkan ketenangan didalam keramaian itu. Karena aku rumah bagi Nabawi. Ialah masjid kedua terbesar di dunia setelah Masjid al-Haram di Mekah. Menjadi kediaman nabi Muhammad SAW saat hijrah dan hingga saat ini. “Sakif udah daftar kuliah dimana?” Tanya tutor cantik itu. “Do’anya saja miss,” responnya. “Iya tapi dimana. Mau do’ain tapi gak jelas yang mau dido’ain nih.” Candanya. “Pengennya di Mekah miss.” “Wuidih kerennya.” “Ustadz Ihsan tuh miss yang udah ketrima.” Sahut Fatih. “Bener?” “Iya bener tuh miss, tanya aja.” “Alhamdulillah keren, keren!” Henti tutornya. Saat orang-orang memiliki ribuat impian dibenaknya. Mereka sesekali melirikku untuk dijadikan tempat berserah diri kepada Pengabul impian. Berjalan dikarpet hijau nan mewah. Lalu menunduk dan bersujud disana. Raudhah. Tempat mustajab untuk berdo’a, surga di dunia. Tidak kenal lelah mendengarkan jutaan wish list orang-orang tak dikenal. Menara yang tinggi seperti menggambarkan impian yang tinggi. Ribuan orang menginginkanku sebagai teman hidupnya. Tetapi aku lebih menginginkan mereka dari siapapun. Bagiku mimpi mereka juga bagian dari mimpi-mimpiku. Menyenangkan apabila orang-orang pemimpi itu terus berdo’a bersamaku. Aku tidak lagi kesepian, banyak teman bersamaku. “Miss mau nggak sama ustadz nih?” Tanya Fatih. “Iya bener miss.” Sakif menegaskan. “Ini ustadz tinggal berangkat doang dia ke Mekahnya.” “Oh iyakah?” Tanya tutornya. “Ah miss. Jangan percaya sama mereka miss.” Sanggah Ihsan. “Nggak papa kalo memang sudah ketrima. Tapi saya pengennya di Madinah. Biar kayak nama saya gitu. Al Munawaroh.” “Kan Mekah sama Madinah dekat miis.” “Iya miss,” tegas Sakif. Obrolan anak-anak membuat tutornya berfikir sejenak. Mereka menyebut-menyebut namaku dari tadi. Ternyata ada yang menginginkanku lagi. Aku senang mengetahuinya.Tutor itu hanya merespon dengan senyuman. Tidak ada pergerakan lagi setelahnya. Masih terus memandangi anak-anak didepannya yang sedang tertawa bahagia karena bercanda ria dengan gurunya. Kemudian mereka melanjutkan obrolan kelas sebelumnya. Payung-payung megahku menguncup dan mengembang disaat-saat tertentu. Menciptakan suasana asri nan eksotis dinegeri ini. Beberapa orang mengabadikannya dalam bentuk video maupun foto-foto selfi. Ada rangkulan hangat dari keluarga baru maupun keluarga lama dibawah payung megah. Senyum merekah tak henti-henti menampilkan kilauan putih dari gigi-gigi yang terlihat saat tertawa. Saat ini para pengunjung sedang sibuk membeli kurma untuk dibawa pulang sebagai makanan maupun oleh-oleh. Mencicipi kebab super big size juga menjadi pilihan tak terlupakan. Nasi Bukhari dengan toping yang menggiurkan untuk disantap. Lembutnya tomat yang pedas serta segarnya potongan mentimun juga selada. Tidak lupa ayam panggang super lezat ikut memeriahkan toping nasi Bukhari. Masyarakat sini menyediakan Jareesh atau Harees di bulan Ramadhan. Makanan dari gandum bertekstur kasar dan daging yang diolah bersamaan ini juga merupakan makanan khas disini. Meskipun ada beberapa metode dalam memasaknya, cita rasa Jareesh tetap membuat siapapun terpikat setelah memakannya. Adanya toping taburan daun peterseli diatasnya. Kelas kursus Bahasa Inggris sudah memasuki minggu ketiga. Seminggu lagi akan ada final exam semua member. Tutor menyiapkan soal-soal ujian sesegera mungkin agar tidak terlalu mepet untuk diprint. Ada 100 soal ujian untuk vocabulary, ada beberapa tema untuk ujian kelas speaking dan ada 50 soal untuk kelas grammar. Member juga mulai sibuk mereview kembali materi-materi yang sudah diberikan oleh tutornya masing-masing. Terlalu banyak kenangan bersama mereka. Candanya, tawanya, dan berbagi cerita. Ada banyak keinginan, impian, sesuatu yang ingin diwujudkan oleh-tiap-tiap member. Saat ini mereka sedang hangat-hangatnya menyiapkan diri untuk mencapai cita-cita mereka untuk belajar di Arab Saudi. Negara yang diidam-idamkan banyak orang. Meskipun jauh dari keluarga beberapa tahun lamanya. Tidak mengubah niat sedikitpun dari mereka untuk melanjutkan study di kota suci ini. “Besok Senin kita ujian ya. Tolong disiapkan dengan baik guys.” Tutor mengingatkan. “Baik miss. Jangan sush-susah ya miss soalnya.” Rajuk mereka. “Dipelajari saja yang dibuku, dihafalkan. Semua keluar dari sini.” “Siap miss. Belajar yang bener dah. Biar dapet nilai bagus.” “Kalian mentingin nilai juga ya?” Gurau tutornya. “Wahh yaiya dong miss. Saya suka ditanya ortu miss. Kalo ortu nggak nanya, kita nggak laporan, nggak terlalu mikirn nilai miss.” “Bagus, deh kalian jadi belajar.” Jawab tutornya sambil senyum-senyum. Kala senja mulai menguning kejingga-jinggaan muncul kelebatan baju putih ada dimana-mana. Wajahnya ceria dan enak dipandang. Mereka sedang bersiap-siap untuk sholat Maghrib jamaah di Nabawi. Beberapa rombongan jalan perlahan-lahan sambal mendorong ibunya dikursi roda. Allahu Akbar. Surga menantimu nak. Suara adzan yang lantang nan merdu mengiringi langkah para jama’ah. Bagi para jama’ah suara adzan ini bagaikan pukulan bergemuruh yang menari-nari di dada. Suara yang tidak akan pernah dilupakan para jama’ah setelah pulang dari sini. Panggilannya seakan-akan terserukan disegala penjuru kota hingga sudut-sudutnya. Hari Senin pun tiba dan para member mulai mengerjakan ujian dengan khidmat. Hari itu merupakan hari terakhir mereka saling berjumpa satu sama lain. Mungkin jikalau ada pertemuan lagi. Mereka sudah saling berkeluarga dan sukses. Mimpi-mimpi yang mereka ingin wujudkan sudah tercapai dan mereka sedang meningkatkan kualitas diri menjadi lebih baik lagi dan lagi. Semoga usaha mereka belajar Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare Kediri membuahkan hasil. Setidaknya vocab mereka sudah bertambah. Ilmu tentang pergrammaran juga nambah dan cara baca pronounciation mereka lebih baik serta speakingnya ada peningkatan. Dengan begitu harapan mereka kuliah diluar negeri akan terbantu dengan kemampuan Bahasa Inggris yang cukup. Sementara aku semakin malam semakin ramai. Ketika waktu menjelang sepertiga malam. Suara isak tangis semakin terdengar jelas. Ditambah indahnya pemandangan bintang dari langit serta meriahnya lampu-lampu. Aku semakin memukau dan istimewa. Semua orang mengenalku sebagai Madinah. Ditulis oleh : Ani Muklisatun Munawaroh (MAGETAN)
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |