WRITTEN BY: MUHAMMAD SYAHRULLAH. SRSekali peristiwa, pada suatu waktu, pada saat belum datangnya Manurung, bahwa tidak ada batas-batas aturan dalam masyarakat, orang hidup dalam kacau balau laksana ikan saling memakan sesamanya. Orang banyak menjadi sengsara karena ke-adzan demikian, semua orang susah menginginkan seorang pemimpin yang ditaati, mereka semua mencari siapa yang akan dijadikan Puang²). Oleh karena pada waktu itu yang ditaati hanyalah orang tua yang memang sudah tua umurnya dan berani. Orang membentuk masyarakatnya berdasarkan kelompok-kelompok kekerabatan dan kepemilikan yang ada hubungan darah, mereka hidup bergolong-golongan di suatu tempat, di suatu kampung. Tiap kampung atau tiap persekutuan hidup saling bermusuh-musuhan antara satu dengan yang lain dan saling merampas harta benda
Berkata yang punya ceritra, pada suatu ketika, waktu gelap gulita, seluruh penduduk Bone melihat suatu sinar bercahaya. Sudah bermacam-macam yang dikatakan orang mengenai sinar itu, ada yang menamakan kebakaran, ada juga yang mengatakan pelangi. Sudah beberapa hari dan malam sinar itu selalu bercahaya, maka bersepakatlah orang banyak, semuanya heran melihat cahaya itu. Orang banyak bersatu mengatakan, lebih baik kita berangkat menyongsongnya agar jelas bagi kita. Hasil persepakatan semua berangkat ingin mengetahui apa gerangan yang selalu bercahaya itu. _________________________________ I). Manurungnge ri Matajang, adalah orang yang turun dari kayangan, yang menjadi. Raja pertama di Bone. Turun pada suatu batu datar di kampung Matajang. 2). Puang, dapat 'diterjemahkan Tuan. Tetapi orang Bugis menyapa rajanya dengan menyebut Puang. Orang yang dihormati senantiasa disapa dengan kata Puang. Setelah tiba di tempat, didapatinya seorang yang sedang berpakaian putih melintas, berpakaian serba keputih-putihan, maka mengundanglah orang banyak mengatakan: "Hai semangatmu, marilah engkau munculkan dirimu agar mendatangkan kebaikan kami". Menyahutlah orang yang berpakaian putih jawabnya: "Bukan saya yang sesungguhnya. engkau maksudkan, sebab saya sendiri. mempunyai tuan, ia ada di belakang, saya hanya pengiring saja". Setelah mendengar jawaban orang yang berpakaian serba putih, maka orang banyak kembali berpikir-pikir, kemudian semuanya bersepakat mengangkat orang tua, yang paling tua usianya, agar dapat memelopori ke depan. Bersatulah orang banyak akan menghadap pada cahaya diantar oleh orang tua yang sudah diangkat diantara mereka, maka dinamakanlah Puang Matoa³). Setelah ·tiba maka menarilah Puang Matoa dengan tarian alosu4) mengelilingi cahaya itu berulang-ulang kemudian mengucapkan kata-kata persembahan: "Kemarilah hai semangatmu, turunlah kemari agar kita saling menunjuki kebaikan dan tidak saling mendatangkan keburukan. Engkau angin dan kami daun kayu, ke mana engkau berembus ke sana kami terbawa, kehendakmu berlaku pada kami, dan kata-katamu berbukti oleh kami serta rencanamu ikutan bagi kami, engkau mengharap kami memberi dan engkau mengundang kami datang. Akan tetapi urus kami agar tidak bercerai berai, engkau harus menjaga kami agar tidak berselisih dan engkau menyelimuti kami agar tak dingin". Adapun setelah Puang Matoa berhenti berkata-kata, datanglah gelap gulita beserta hujan yang lebat, kilat sabung menyabung, guntur saling berbalas balasan, petir memecah seolah-olah akan memecahkan bumi, bergoyanglah tanah, gemetar perasaan makhluk-makhluk bumi. Tiada berapa lama kemudian, keadaan demikian ini, semuanya telah mereda, guntur dan kilat sudah berhenti, maka mulailah matahari memancarkan sinarnya dan dalam pada itu turunlah pula to Manurung, berpakaian serba warna kuning turun pada sebuah batu datar di Matajang bersama pengiringnya, membawa serta payung kuningnya. Dalam keadaan demikian segera Puang Matoa menari mengelilinginya. Beliau ini turut serta bersama empat orang berdampingan duduk, yaitu diiring oleh pembawa payungnya, pembawa tempat sirihnya dan pembawa kipasnya. _________________________________ 3). Puang Matoa, diterjemahkan jadi Tuan yang tua. Pada mulanya Puang Matoa adalah Panggilan bagi orang yang dituakan atau orang yang usianya dianggap lebih tua, tetapi kemudian berkembang menjadi suatu pengertian jabatan. Kepala-kepala kampung pada zaman permulaan terbentuknya pemerintah pusat hasil federasi persekutuan hidup maka kepala-kepala persekutuan hidup maka kepala-kepala persekutuan hidup disebut Puang Matoa, yang dahulunya kelompok persekutuan hidup itu dipimpin dari orang yang tua usianya diantara mereka. Disamping Matoa gelar jabatan, ada juga istilah Mado, kemudian lagi muncul istilah Sulewatang dari kata sulle + watang = pengganti diri dari raja. 4). Alosu, adalah salah satu atribut bissu. Pada mulanya belum ada bissu, nanti kemudian setelah kerajaan berkembang, dan jumlah alat kerajaan (arajang) makin bertambah, maka diadakan dalam kerajaan satu kelompok Bissu dengan mempunyai strukturnya sendiri, pemimpinnya bergelar Puang Matoa, mungkin tiruan dari Puang Matoa yang menyongsong turunnya to Manurung. Tugas Bissu merawat alat-alat kerajaan untuk memberi kesaktian pada raja disamping menjadi dukun istana, mereka terdiri dari orang-orang banci laki yang sudah melalui pelantikan oleh Tomarilaleng (Menteri dalam negeri). Setelah selesai penjemputan maka diangkutlah masuk ke Bone dan Puang Matoa berkata: "Engkaulah tumpuan harapan, engkaulah yang diperlakukan menginjak tikar jemputan, yang 4iberi berpegang pada gelang, yang disongsong dengan kain Cinde5), yang dipatungi dengan lellu6), yang dikerumuni dengan oje7) yang diantar dengan kipas, yang diiringi dengan ana beccing8), yang diramaikan dengan bunyi-bunyian gendang, yang diantar berkeliling pada balairung dan engkaulah yang didudukkan pada tikar bundar". Tatkala ·upacara demikian telah selesai, maka sengsara lagi orang banyak berhubung karena suami to Manurung belum datang. Tidak lama kemudian, adalah suatu waktu orang banyak melihat suatu cahaya di sebelah timur di kampung Toro' dimana pelangi sedang terpancang di tempat itu. Orang banyak bersepakat akan berangkat ke Toro' karena ingin mengetahui apa gerangan cahaya itu, dengan dipimpin oleh Puang Matoa. Setelah tiba didapatinya seorang yang sedang duduk lengkap dengan segala peralatannya, maka disembahlah oleh Puang Matoa dengan menari mengelilinginya sambil membunyikan gendang dan serunai. Pada saat cahaya telah menghilang, maka diangkutlah masuk ke Bone dan diiringi oleh orang banyak dalam keadaan bergembira ria. Tidak diketahui berapa lama, maka keduanya dilantik diatas pusat untuk menjadi Tuan dari orang Bone, dilantik dua suami istri oleh Puang Matoa disertai dengan kata-kata pelantikan: "Engkaulah menjadi tuan dari orang-orang seisi Bone, kami buatkan rumah, kami bikin kan sawah sebagai tempat penghasilan, kami buatkan kolam sebagai tempat mandi-mandi, dan kami rimbunkan hutan sebagai tempat bermain-main berburu rusa. Akan tetapi selimutilah kami, agar tidak dingin dan engkau urus kami agar tidak bercerai berai". Kemudian menjawab to Manurung berkata: "Saya sudah terima perjanjianmu hai orang Bone, saya akan menyelimutimu agar tidak dingin, saya akan menjagamu agar tidak berselisih dan walaupun ada kehendakku serta pendapatku yang tidak engkau sekalian kalian kehendaki, maka saya juga tidak akan menjalankannya". Sampailah kita menceritakan, mudah-mudahan tidak busung menceritakan tentang orang-orang dulu kita. Adapun katanya to Manurung itu tidak, sampai kita mendengar nama dirinya, hanya kita berikan gelar menurut apa yang sering diperbuatnya. Apabila ia melihat lapangan penuh dengan orang, maka ia dapat mengetahui jumlah orang yang berkumpul itu, bahwa sekian jumlah orang yang sedang berkumpul di sana. Oleh karena pengetahuannya itu, maka diberi nama saja Mata-Mata Silompoe (pandangan sekelompok). Demikianlah cerita manurungnge, dari dialah yang menurunkan keturunan yang menjadi Raja-Raja di Bone. Manurung ini sangat baik cara pemerintahannya, semua orang banyak senang padanya, panen menjadi-jadi, hewan piaraan berkembang biak, tumbuh subur tanaman buah-buahan, ditimbun saja padi diantara rumah karena tanda kemakmuran. _________________________________ 5). Cinde, semacam kain yang mirip kain batik, tetapi dengan motif berlurik-lurik dan warna-warna dasar seperti hitam, merah, coklat dan sedikit warna kebiru-biruan. 6). Lellu', adalah kain kira-kira satu setengah meter panjangnya, diberi tiang keempat sudutnya, kemudian dipayungkan kepada Raja bila dilantik atau sedang duduk dalam upacara adat, warna kuning atau putih kalau upacara adat biasa. 7). Oje', adalah salah satu atribut Bissu, dibuat dari daun lontar secara anyaman pada sebatang kayu sebesar tongkat. Bila ada upacara kegembiraan, maka oje' ini digerak-gerakkan biasanya paling sedikit tujuh batang. 8). Ana' Beccing, adalah salah satu atribut Bissu dibuat dari besi berpasang- pasangan, dibunyikan bila ada pelantikan atau permaisuri melahirkan. BIODATA PENULIS Muhammad Syahrullah. Sr, Duta Inspirasi Provinsi Sulawesi Selatan. lelaki asli keturunan Bugis Makassar yang akrab disapa Rull atau Syarh dan memiliki nama rumah Angga. Lahir di Ujung Pandang, 22 Oktober 2001. Memiliki ketertarikan terhadap dunia kepenulisan sejak duduk dibangku kelas 6 SD dan telah menulis -+ 15 Buku Antologi dan beberapa kali menjuarai Cipta Baca Puisi dan kompetisi kepenulisan sastra lainnya seperti Cipta Cerpen, Quotes, Karya Tulis Ilmiah dan Esai. Jejaknya bisa teman-teman temui di akun Instagram pribadi miliknya: @syarh.sr Makassar, 14 Februari 2022
1 Comment
Nurul Hikma
20/12/2022 11:57:17
Cerita rakyatnya bagus banget kak, kebetulan kita tetangga kabupaten karena saya orang Wajo. Dan terima kasih sudah menambah wawasan saya.
Reply
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
May 2022
Categories |